Testimony







The Bulldog  


Saya (Dr. Stephen Abdul Ganiyu Adewale) dilahirkan tanggal 9 Agustus 1965 dalam keluarga poligami, sehingga saya selalu kebingungan saat harus menjelaskan hubungan keluarga saya kepada saudara saya yang lain. Itu terjadi karena saya lahir bukan dari latar belakang Kristen, namun penentang kekristenan. Saya anak sulung dari dua puluh bersaudara dalam satu ayah. Ayah saya adalah seorang polisi yang selalu ditempatkan di daerah yang berbeda-beda sesuai tugas, sehingga hidup saya selalu berpindah-pindah, tidak pernah menetap. Dengan adik yang banyak dan hidup yang berpindah-pindah, saya hidup dalam situasi ekonomi yang sangat sulit. Sekolah tidak pernah tetap, bisa tiap tahun saya berpindah sekolah. Ayah biasa menitipkan saya pada kenalannya karena tidak mampu mengurusi saya. Kenalan-kenalan ayah tersebut jelas tidak menyayangi saya karena hanya terpaksa saja menerima saya.
Saya pernah tinggal dengan seorang ibu yang memiliki usaha kantin. Saya dipaksa bekerja sendirian dalam memasak, melayani tamu, sampai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mungkin alasannya mau menerima saya adalah karena ia mendapatkan pekerja tanpa harus membayar. Saat ayah harus pindah lagi, kali ini saya dititipkan pada temannya yang seorang tukang roti. Saya mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dari sebelumnya, ia sering memukuli saya hanya untuk melampiaskan kemarahannya. Saya harus mengalami kerja paksa; bangun pagi-pagi sekali, sampai hari menjelang siang, ia baru membiarkan saya pergi sekolah. Karena sudah terlalu siang, saya tidak berani masuk sekolah. Saya hanya berputar-putar di sekitar sekolahan sambil bersembunyi, takut mendapat hukuman dari sekolah. Hal ini tentu saja membuat saya tidak naik kelas. Sebaliknya, saya malah masuk dalam pergaulan yang salah.


Keterlibatan saya yang semakin jauh dalam pergaulan geng, membuat masa depan saya semakin kelam. Saya melakukan segala macam kejahatan geng, mulai dari pemerasan, teror, pencurian, sampai perampokan. Di kalangan kriminal, saya cukup ditakuti. Mereka menjuluki saya "Bulldog". Itulah panggilan saya sehari-hari -- punya banyak musuh. Saya dikejar-kejar polisi dan masuk dalam daftar pencarian orang, sehingga saya harus melarikan diri berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Kadang saya juga takut dosa kalau teringat agama. Walaupun saya orang jahat, saya masih rajin bersembahyang seperti yang agama saya ajarkan. Untuk itu, saya mencoba bertobat; berhenti melakukan hal jahat dan melakukan pekerjaan lain yang baik. Saya melakukan pekerjaan apa saja, mulai dari kondektur bus, pekerja bangunan, pemotong kayu, buruh kasar, dan sebagainya.


Namun, hidup sepertinya tetap tidak berpihak pada saya, pekerjaan-pekerjaan tersebut tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan saya. Untuk makan, saya masih sering kelaparan. Hanya untuk mengganjal perut, saya sering makan dedaunan atau minum air mentah yang banyak sampai perut saya terasa penuh. Saya tidak tahan lagi. Suatu hari, saat saya kembali merampok sebuah toko, rupanya ada yang melihat dan melapor polisi. Polisi langsung mengepung tempat itu dan mencari-cari saya. Untungnya saya masih sempat lolos dan lari sejauh mungkin. Dalam pelarian, saya hidup luntang-lantung dan kelaparan, namun saya tidak mau berbuat jahat lagi. Suatu hari, saya melewati halaman sebuah sekolah Kristen. Di balik pagar sekolah itu, saya mendengarkan murid-murid yang sedang berlatih paduan suara. Begitu indahnya lagu yang mereka nyanyikan, saya berdiri diam di sana dan menikmati nyanyian itu. Ada sebuah kedamaian meresap ke dalam hati saya.


Saya keluarkan sebuah kitab Injil kecil yang kumuh dan lusuh dari balik baju saya. Kitab kecil itu adalah pemberian seorang teman saya waktu bekerja dahulu. Menurutnya, itu adalah harta yang paling berharga baginya, dan dia memberikan pada saya karena katanya buku itu bisa melindungi saya. Bahkan, ia mengajarkan beberapa doa dari kitab Mazmur, katanya untuk perlindungan dan kekuatan. Memang saya masih rajin bersembahyang, namun kadang-kadang saya tergoda untuk berdoa dengan cara teman saya karena merasakan kemanjuran dari doa-doa tersebut. Saya merasakan pikiran saya menjadi lebih tenang dan memiliki kekuatan untuk tetap bertahan. Kemudian, saya naik gunung, menyendiri, berdoa, dan bertapa. Hal ini biasa dilakukan oleh orang pemeluk agama saya untuk mencari pencerahan. Saya minta petunjuk atas hidup saya yang tidak pantas dijalani ini. Berdoa dengan tasbih, mengulangi doa-doa yang sama. Namun, terkadang saya membaca Injil dan turut berdoa dengan kalimat-kalimat dalam Mazmur.


Saya merasa mendapatkan kekuatan karena doa-doa itu, dan kemudian turun gunung. Saya menumpang pada seorang Kristen yang saya kenal begitu saja di jalan. Dia begitu baik, menyediakan segala yang saya perlukan setiap hari. Suatu hari, tanpa sengaja saya pergi mengikuti kebaktiannya. Saya pikir tidak ada salahnya, toh saya juga sudah membaca Mazmur dan doa-doa dalam kitab itu juga sudah menjadi doa saya. Namun kemudian, yang terjadi tidak disangka-sangka, ada semacam aliran yang terasa begitu hebat menjamah saya. Saya bertobat dan menyerahkan hidup saya pada Kristus. Setelah itu, saya kembali ke kampung halaman. Karena tidak enak pada saudara-saudara, saya tetap meneruskan sembahyang dengan cara mereka, walaupun saya gelisah dan tidak menemukan damai saat melakukannya. Saya masuk dalam pergumulan yang berat, mana yang harus saya pilih, keyakinan saya yang lama atau Kristus? Bermalam-malam saya tidak bisa tidur dan terus memikirkannya.


Sampai suatu malam saya bermimpi. Mimpi itu jelas sekali. Saya bermimpi ada di sebuah persimpangan dengan banyak jalan. Saya kebingungan dan menimbang-nimbang, jalan mana yang harus saya pilih? Ada sesuatu mendekati saya, walau saya tidak dapat melihat wujudnya, namun saya dapat mendengar suaranya. Ia berkata, "Ikutlah jalan ke mana engkau telah mulai melangkahkan kakimu ke situ, dan kau akan melihat ke mana jalan itu akan membawamu." Saya mematuhi suara itu dan mulai berjalan. Walaupun saya tidak melihatnya, saya tahu Ia mengikuti saya. Tidak lama kemudian, saya tiba di sebuah tempat yang sangat indah, tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Saya katakana pada sosok itu, saya ingin tinggal di tempat yang indah itu dan tidak ingin kembali lagi. Ia menjawab, "Terserah padamu untuk memilih datang ke sini atau tidak, tapi untuk sekarang, mari kita pergi." Dan saya pun terbangun dari mimpi itu.


Saya mulai berdoa, Tuhan saya ingin sampai di tempat itu dan tinggal di sana, apapun yang terjadi. Perjumpaan saya dengan Kristus telah membulatkan tekad saya. Orang-orang sekitar saya mulai mengetahui perubahan keyakinan saya dan mereka mulai membenci, melecehkan, dan menindas saya. Hal itu juga sampai ke telinga ayah, dan ia pun memanggil saya. Walaupun takut, saya memberanikan diri menjumpainya. Ia bertanya, apa betul apa yang telah ia dengar, apa ada yang salah dengan saya? Saya katakan padanya betul, saya telah berjumpa dengan Yesus. Reaksinya akan jawaban saya, sudah saya duga sebelumnya. Ia menjadi sangat marah dan memukuli saya, kemudian mengusir saya keluar dari rumah. Sambil bersumpah, siapapun yang menerima saya menumpang di rumahnya, ia akan membakar habis rumah tersebut. Pada kemudian hari, ia mengurus di pengadilan dan menyatakan saya secara resmi bukan anaknya lagi.


Selama setahun, saya menjadi tunawisma dan bekerja apa saja untuk memperoleh makan. Namun, kali ini lebih sulit daripada yang dahulu. Semua orang yang saya kenal tidak mau menerima saya, bahkan kalau tidak kenal pun, ayah saya akan datang pada pemilik usaha itu dengan seragam polisinya, memerintahkan agar saya segera dikeluarkan. Pengusaha itu pasti mengikuti perintah ayah saya karena dia tidak mau terlibat masalah. Bila itu terjadi, saya hanya tersenyum. Saya tahu semua yang terjadi ini hanya sementara, dibanding nanti saya akan tinggal selamanya di tempat indah yang telah saya lihat itu. Saya mencoba menumpang pada sebuah gereja dan saya mau melakukan apa saja asal diberikan tempat berteduh. Walau awalnya curiga, mereka mau menerima saya. Hidup saya berpindah-pindah dari satu jemaat ke jemaat lain. Saya tak mau menetap dan mendatangkan masalah pada keluarga di mana saya tinggal karena ayah mungkin akan mendatangi mereka. Saya melakukan apa saja untuk menolong mereka tanpa dibayar, asal mendapat tempat berteduh dan sedikit makan -- memotong rumput, membelah kayu, membangun rumah, dan berbagai macam pekerjaan kasar yang lain. Semua itu saya lakukan dengan sungguh-sungguh dan bersukacita.


Dalam waktu beberapa tahun, saya mulai dikenal baik oleh jemaat gereja tersebut sebagai seorang Kristen muda yang rajin dan sungguh-sungguh. Para jemaat menjadi tertarik untuk membiayai sekolah saya -- mereka bergantian membiayai saya. Yang satu memberikan biaya masuk, yang lain biaya buku-buku, yang lain lagi biaya ujian, begitu seterusnya. Dan Tuhan sungguh baik, tiap kali saya memerlukan sesuatu, Dia menyediakan tepat pada waktunya. Anugerah ini sungguh tidak saya sia-siakan, walaupun saya begitu bodoh dan ketinggalan jauh sekali dalam pelajaran, Tuhan membantu saya menjadi mudah mengingat semuanya. Saya menjadi berprestasi, lulus dengan baik, bahkan kemudian universitas meminta saya sebagai dosen di tempat itu. Saya yang begitu bodoh, telah Tuhan buat menjadi pengajar orang lain. Lihat apa yang telah Tuhan Yesus lakukan dalam kehidupan saya. Ia telah menggenapi firman-Nya dalam Mazmur, kitab kecintaan saya. Banyak buku yang sudah saya tulis telah diterbitkan dan dibaca kalangan luas, sekali lagi itu bukan kepintaran saya, melainkan hikmat dari Tuhan.


Saya dihormati di kalangan petinggi dan raja-raja, persis seperti yang dikatakan dalam Mazmur. Semuanya datang begitu saja, penghargaan-penghargaan itu saya gantung berderet di dinding rumah, bukan untuk memegahkan diri, melainkan untuk menjadi kesaksian, bagaimana seorang pengemis dan penjahat yang hancur dan tidak punya harapan seperti saya, Tuhan angkat tinggi menjadi seperti sekarang. Terpujilah nama Tuhan Yesus.








******************************************************



Kesaksian Neraka Oleh Elizabeth  

Kejadiannya pada bulan September 2001, ketika itu saya dan team sedang berdoa syafaat di gereja. Saat itu saya sadar masih ada di dalam gereja, tapi saya juga merasakan bahwa roh saya dibawa oleh Tuhan Yesus ke suatu tempat lain.
Saya tiba disana dan tempat itu sangat mengerikan. Berbau busuk, amis, bau darah, bau benda-benda terbakar, bahkan lebih busuk dari bau pasar ikan.


Saya lihat disana ada banyak hal-hal yang mengerikan. Dan yang paling membuat saya tidak tahan adalah begitu banyaknya orang-orang yang menjerit ketakutan, minta tolong, minta ampun kepada Tuhan. Mereka berkata "Lepaskan saya Tuhan, tolong saya Tuhan, ampuni saya Tuhan, saya sudah tidak kuat lagi berada disini" tetapi Tuhan Yesus hanya berkata "Pengampunan itu sudah terlambat, karena waktu di dunia kesempatan itu masih ada tapi kamu sia-siakan dan tidak kamu ambil, sekarang semua sudah terlambat, tidak ada lagi pengampunan di neraka"


Disana saya juga melihat berbagai macam hal sangat mengerikan, jutaan orang disisi kanan saya dibakar api hingga tubuh mereka meleleh. Anehnya tubuh yang meleleh tadi kemudian kembali tumbuh normal dan utuh, tapi kemudian dibakar lagi sampai habis, dan hal ini terjadi berulang kali, sehingga sakitnya itu tidak terkira dan tidak pernah berhenti.

Disisi kanan itu juga saya melihat ada orang yang digerogoti ulat-ulat kecil, seperti yang sudah disampaikan dalam Firman Tuhan bahwa di neraka terdapat api yg kekal dan juga jutaan ulat yang menggerogoti tubuh manusia dengan kekal.

Sampaikan kesaksian ini, apabila mereka percaya Puji Tuhan, tetapi apabila mereka tidak percaya ya sudah, biarkan saja, tidak usah bingung, yang penting kamu sudah menyampaikan dan mereka sudah mendengar, keputusan ada ditangan mereka masing-masing".

Saya dan Tuhan Yesus terus berjalan hingga tiba di sebuah persimpangan, ada jalan yang ke kiri dan ada jalan yang ke kanan. Saya melihat ada banyak sel-sel yang diisi dengan orang yang jumlahnya banyak sekali. 1 sel diisi 1 orang, kemudian juga ada iblis yang sedang tertawa kesenangan diantara banyak orang yang menangis menjerit karena tidak tahan oleh siksaan.

Ada yang matanya dicungkil sampai darahnya mengalir deras sekali, ada yang tangannya dikuliti, ada yang lidahnya dipotong-potong, tetapi sama seperti diawal kesaksian saya, mata, tangan, lidah, dll itu bisa kembali normal utuh kembali, namun setelah itu kembali disiksa. Tiada henti-hentinya, siksaan di neraka itu sifatnya kekal. Saya dengar lagi semua orang menangis, minta tolong dan minta ampun, tapi Tuhan tetap tidak bisa menolong, karena semua memang sudah terlambat.

Saya kemudian bertanya pada Tuhan, "Tuhan, orang-orang yang ada disini pasti orang-orang yang tidak percaya Tuhan Yesus kan?", tetapi Tuhan menjawab "Oh tidak,. Justru yang ada disini adalah orang-orang kristen yang sudah percaya Tuhan Yesus". Saya kaget sekali, lalu saya bertanya kenapa justru orang-orang Kristen juga ada yang di neraka, bukankah mereka sudah percaya dan menerima Yesus. Tuhan pun menjawab, "Mereka memang orang kristen yang percaya dan menerima Yesus, tetapi kehidupan yang mereka jalani bukanlah kehidupan kudus yang diinginkan Tuhan. Mereka diberi anggota tubuh yang lengkap seperti tangan yang seharusnya untuk menyembah Tuhan, tetapi digunakan untuk memukul. Diberi mulut untuk memuji Tuhan tetapi digunakan untuk menggerutu, mengomel dan mencaci maki orang".

Jadi hal-hal itu tidak berkenan bagi Tuhan. Kita harus dapat mempergunakan tubuh yang diberikan Tuhan dengan benar dan selalu menjaga kekudusannya, karena apapun yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan setelah kita dipanggil kembali. Kita tidak dapat menyembunyikan apapun dari Tuhan karena Tuhan mengetahui segala apa yang kita lakukan, walaupun ditempat yang tersembunyi sekalipun.
Saya pun diajak jalan semakin ke dalam ke pusat neraka. Dipusat neraka ada ada sebuah sumur yang menyerupai kawah belerang. Didalam sumur itu saya melihat ada orang-orang yang diikat berdua-duaan, jadi perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki. Tuhan pun menjelaskan kepada saya bahwa mereka yang diikat berduaan itu adalah para lesbian, waria dan homo. Yang walaupun mereka mengaku bahwa mereka menerima dan percaya Yesus, tetapi kehidupan mereka tetap seperti itu, maka mereka akan ditempatkan Tuhan disana.

Tidak jauh dari sana, di pusat neraka juga ada juga orang-orang yang dihukum di kawah belerang ini, yaitu orang-orang yang suka dengan perdukunan, suka cari penglarisan, cari suhu atau paranormal, kemudian ada juga sel-sel, dimana 1 sel diisi 1 org, yang didalamnya terdapat orang-orang yang alat kelaminnya digerogoti ulat-ulat sampai darahnya mengalir deras kemudian bentuknya kembali normal dan utuh lagi, kemudian digerogoti lagi dan hal itu terjadi berulang-ulang, tidak pernah berhenti. Tuhan bilang kepada saya bahwa itu adalah tempat untuk orang-orang yang mengaku sudah Kristen tetapi masih tetap bermain-main dengan kekudusan, masih ke tempat-tempat yang tidak benar, masih punya simpanan, itu akan masuk kesana, karena menganggap masih ada waktu buat bertobat, padahal kita tidak tahu kapan kita akan menghadap Tuhan.

Semakin kedalam lorong neraka, keadaan semakin gelap dan pengap, trus saya melihat ada iblis yang berkata "Ayo pak pendeta, khotbah lagi pak pendeta, kamu kan didunia khotbah, kenapa disini tidak mau khotbah". Saya jadi bingung kok ada pendeta yang masuk neraka? Pendeta kan hidupnya suci dan percaya Yesus. Tapi Tuhan berkata, pendeta itu memang rajin berkhotbah, mengabarkan Firman Tuhan, tetapi dia sendiri tidak bisa menjalankan firman itu dalam kehidupannya, dia menggelapkan dan menggunakan uang jemaat, hidup tidak kudus, punya istri simpanan, dll. Merekalah yang ditempatkan disana oleh Tuhan. Saya melihat pendeta itu berusaha keluar, tetapi tidak bisa, kemudian mulutnya dirobek dan dicakar oleh iblis sampai tidak berbentuk, darah mengalir, tetapi mulut dan wajahnya kembali normal lagi, trus dicakar disobek lagi, dst, dst. Disana juga para pendeta itu berteriak kepada Tuhan, minta ampun, tapi Tuhan tetap berkata, bahwa semua itu sudah terlambat, ketika orang-orang tiba di neraka kesempatan bertobat itu sudah tidak ada.

Setelah melihat semua ini, saya bilang ke Tuhan, Tuhan saya tidak mau tinggal disini, saya tidak mau masuk kesini lagi, bahkan sampai saya sadar dan roh saya telah kembali ke tubuh saya pun, bau busuk neraka itu masih tercium, padahal didekat saya tidak ada sampah atau kotoran berbau busuk (saking bau busuknya, setelah sadar, elizabeth sampai 40 hari tidak makan, hanya minum saja. Puji Tuhan dia tetap kuat, tidak lemas, menurutnya mungkin karena dia makan buah yang diberikan Tuhan pada saat mereka berada di taman dalam surga).

Saya bilang ke Tuhan, kok begini ya? Kok orang kristen banyak yang masuk ke neraka bahkan para pendeta, saya bilang ke Tuhan kalo saya sudah tidak kuat lagi, kemudian Tuhan memeluk saya dengan hangat, menghibur saya dan akhirnya membawa saya ke suatu tempat lain yang sangat jauh berbeda dengan neraka. Tempat yang sangat indah, teramat sangat indah sekali.
Disana saya melihat ada banyak sekali rumah, ada yang kecil dan ada yang besar, ada yang sudah jadi dan ada yang belum jadi. Lalu saya bertanya kepada Tuhan, rumah-rumah siapakah itu. Tuhan menjawab kalo itu adalah rumah untuk anak-anak-Ku. Nanti apabila pulang sudah disediakan rumah tinggal. Saudara, apa yang dikatakan Firman Tuhan itu benar bahwa Tuhan Yesus pergi kepada Bapa untuk menyediakan tempat tinggal bagi kita semua.


Yang disediakan untuk kita yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang percaya dan mau melayani Tuhan dengan kudus, tulus dan murni hatinya.


Saya juga bertanya kok rumahnya ada yang kecil dan ada yang besar, Tuhan menjawab bahwa itu semua tergantung dari ketulusan pelayanan kita...bukan dari banyaknya pelayanan yang dilakukan, tapi dari ketulusan dalam melayani Tuhan, motivasi dalam melayani. Semakin kita tulus dan dekat maka semakin Tuhan memberikan tempat yang terbaik. Trus diantara rumah-rumah itu ada yang separoh jadi dan ada yang sudah jadi, Tuhan bilang bahwa yang sudah jadi artinya orangnya sudah meninggal dan sudah bersama dengan Tuhan, sedangkan yang baru separuh jadi artinya orangnya masih belum meninggal.
Surga itu sangat terang sekali, tidak menyilaukan tidak panas di kulit walalupun terang sekali, tapi sejuk di kulit.

Di ujungnya surga saya melihat ada barak, ada suatu tempat besar tapi untuk rombongan banyak orang, yang ternyata itu adalah tempat untuk orang-orang yang tidak percaya Tuhan Yesus tetapi waktu mau meninggal, misalnya dalam keadaan sakit atau koma, terus didoakan dan mau bertobat, menerima Yesus Kristus trus langsung meninggal, maka mereka akan ditempatkan disana.


Jalan yang ada disurga, di rumah-rumah itu indah sekali, seperti butiran kaca. Ada banyak pohon buah-buahan. Saya juga sempat diberi buah oleh Tuhan dan ajaib, begitu buahnya dipetik, langsung numbuh lagi. Jadi kehidupan baik disurga maupun dineraka itu semua adalah kekal.
Tidak jauh dari situ saya melihat ada istana yang indah sekali, Tuhan katakan itu adalah Istana-Nya dan akhirnya mengajak saya kesana.


Disana saya melihat banyak orang memuji dan menyembah Tuhan setiap saat tanpa ada rasa capek, ngantuk dan lelah. Mereka memuji Tuhan setiap saat, setiap waktu. Sesuai dengan Firman Tuhan, saya lihat istana itu benar terdiri dari emas permata. Lantainya terbuat dari emas, dindingnya dari batu permata yang indah sekali. Tuhan itu adalah Raja diatas segala raja, Dia adalah Raja yang sangat kaya sekali.


Saya lihat juga ada malaikat. Malaikat itu ada 2 macam, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.


Malaikat yang bersayap itu adalah untuk peperangan rohani dan yang tidak bersayap untuk puji-pujian.


Kemudian karena kasih dan kemuarahan hati Bapa, saya juga dipertemukan dengan Yohanes, murid yang paling dikasihi Tuhan. Yohanes berkata pada saya, "kamu ingini hati-Nya aja, ingini dekat ama Tuhan aja, jangan ingini yang lain".

Setelah itu saya diajak ke pekarangan dan disana saya bertemu dengan Raja Daud yang masih berpakaian seorang raja lengkap, kemudian dia berkata pada saya kalo dia ada disana hanya karena kasih dan kemurahan hati Tuhan. Saya takjub sekali karena setau saya Raja daud itu kan intim sekali dengan Tuhan, tetapi kok dia sendiri bisa berkata bahwa dia ada disana hanya karena kasih kemurahan hati Tuhan. Kemudian bagaimana dengan kita yang hidup di dunia ini dan tidak intim dengan Tuhan? Raja daud juga berpesan pada saya untuk menyampaikan kepada anak-anak Tuhan untuk selalu menjaga kekudusan apalagi anak-anak muda jaman sekarang yang gampang jatuh dalam ketidakkudusan seperti melakukan perzinahan dan kenajisan.


Saya juga bertemu dgn Musa yang hanya berkata "Aku menyesal karena tidak dapat masuk ke tanah perjanjian".


Saya juga ketemu Paulus yang bilang bahwa kalo kamu menghadapi pencobaan yakinlah bahwa itu tidak akan melebihi kekuatannmu. Jadi sodara-sodara, yakinlah kalo kita menghadapi kesulitan yang luar biasa yakinlah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan pencobaan itu tidak akan melebihi kekuatan kita.

Kemudian saya bertanya pada Tuhan, apa kunci untuk bisa masuk istana Tuhan, Tuhan pun menjawab "hal itu gampang sekali, kamu cuma harus intim aja sama Aku, deket dengan Aku, melekat pada Aku, tidak ada yg lain".


Saya bersyukur sekali bisa ketemu Tuhan Yesus yang memulihkan kehidupan saya, karena hanya pertemuan pribadi ini yang memulihkan saya.


Tuhan Yesus wajahnya lembut dan penuh kasih, jauh berbeda denga gambar-gambar yang ada.

Wajahnya mulia dan bisa membuat kita terkesima melihat-Nya.

Tokoh-tokoh Alkitab yang kita baca umurnya ratusan tahun juga waktu saya temui di surga, mereka umurnya masih muda, sedang gagah-gagah nya, sekitar umur 30 – 40 tahun. Sayapun waktu dibawa Tuhan, di alam roh, saya seperti anak kecil berumur 10 tahun, padahal dalam kehidupan nyata, umur saya sudah 21 tahun.

Jadi sodara-sodara, bersiap-siaplah, supaya kita selalu layak dihadapan Tuhan, hidup kudus dan dekat melekat denga Tuhan. Kita tidak tahu kapan kita dipanggil, jadi harus cepat bertobat dan hidup kudus.


Buat sodara-sodara yang belum percaya, cepat-cepatlah percaya karena hanya Tuhan Yesus Kristus lah yang punya kerajaan surga, hanya Tuhan Yesus lah satu-satunya jalan menuju keselamatan dan surga.
Praise The Lord....











******************************************************






Kesaksian Pada Kerusuhan Mei 1998




Kesaksian ini dibagi menjadi 3 bagian:
1. 12 Mei 1998
Penginjilan kepada nenek, di saat-saat terakhir sebelum beliau meninggal dunia.
2. 13 Mei 1998
Tangan Tuhan yang menyertai pada awal kerusuhan.
3. 14 Mei 1998
Tuhan menyertai saat evakuasi korban kerusuhan.


1. 12 Mei 1998
Penginjilan kepada nenek, di saat-saat terakhir sebelum beliau meninggal dunia.
Nenek istri saya sedang dirawat di R.S. Sumber Waras, Grogol, karena menderita penyakit paru-paru. Ketika ada berita bahwa beliau koma, saya segera menuju ke sana sekitar pk.18.00. Setiba di rumah sakit, saya melihat ada kerumunan orang di UGD (Unit Gawat Darurat). Saya terus menuju ruang perawatan dan menemui beliau yang nafasnya sudah tidak teratur, tetapi masih sadar. Di ruang tersebut ada seorang suster dan temannya. Saya meminta kedua orang tersebut meninggalkan kami berdua, karena saya ingin berbicara dengan beliau. Setelah itu, saya mulai menginjili beliau dan mengabarkan kabar sukacita di dalam Kristus. Beliau adalah seorang yang sangat keras terhadap kekristenan. Namun, walaupun beliau keras terhadap kekristenan, satu hal yang membuat saya bahagia ialah bahwa beliau sangat senang terhadap saya. Beliau senang meminta pertolongan kepada saya, dan saya berusaha tidak pernah menolaknya, bahkan dengan senang hati saya berinisiatif untuk menolongnya, walaupun tanpa diminta terlebih dahulu.


Saat saya menginjili beliau, saya melihat suatu hal yang sangat menyentuh hati saya ketika seseorang hendak meninggalkan dunia yang fana ini menuju kepada suatu tempat yang tidak diketahuinya. Saya menginjili beliau dengan bahasa yang sangat sederhana, namun beliau cukup antusias untuk menerima Kristus di saat-saat terakhirnya. Ada secercah harapan dan sikap pasrah menanti ajal menjemputnya. Namun terlebih dari itu, ada juga suatu kekuatan baru untuk menanti datangnya maut, yaitu kekuatan dari sesuatu yang belum pernah secara langsung didengarnya selama hidupnya. Yang beliau ketahui adalah kekristenan adalah suatu agama yang menolak penyembahan kepada leluhur, tanpa pernah mendengar siapakah Kristus yang sesungguhnya. 


Banyak orang yang membenci Kristus tanpa pernah mengetahui Siapakah Dia. Jikalau orang mengetahui siapakah Dia sesungguhnya, maka tak ada alasan yang cukup untuk membencinya. Kristus begitu baik. Tidak ada yang dapat menyamai kasih-Nya, yang sampai rela mengorbankan nyawa-Nya untuk meredakan murka Allah atas dosa. Kutukan, siksaan, aniaya ditimpakan kepada-Nya. Saya pernah beberapa kali melihat dan melayani beberapa orang yang akan meninggal. Suatu kengerian yang amat sangat, jikalau tanpa kepastian, kemana kita akan pergi dan kepada siapa kita akan kembali. Sebuah pertanyaan yang tidak pernah terjawab sepanjang sejarah. Jikalau ada jawaban, itupun tidak tegas terjawab, kecuali melalui seorang yang pernah datang ke dunia, pencipta dan pemilik alam semesta yang pernah datang menghampiri ciptaan-Nya.


Setelah berdoa, saya berpamitan pulang. Sebelum keluar dari rumah sakit, saya sempat menuju UGD dan bertanya ada kejadian apa di sini. Ternyata ada beberapa mahasiswa yang tertembak dan 6 orang di antaranya meninggal. Suara jerit dan tangis dari pihak keluarga sangat menyentuh hati, karena anak mereka mati dengan cara yang mengenaskan setelah berjuang menuntut reformasi. Pikiran saya mengatakan bahwa besok bisa terjadi suatu kejadian dahsyat yang belum pernah terjadi selama ini.


2. 13 Mei 1998
Tangan Tuhan yang menyertai pada awal kerusuhan
Tanggal 13 Mei, pk. 06.30, nenek meninggal dunia. Pk.09.00 saya tiba di rumah sakit dan langsung menuju kamar jenazah, tetapi saya tidak mendapatkannya, karena beliau sudah dipindahkan ke Rumah Duka Gedong Panjang, Pluit. Saya menuju ke rumah duka lewat Grogol. Saat itu belum terjadi apa-apa di Grogol. Tak berapa lama di Rumah Duka, saya pulang. Pada pk. 14.00, saya kembali ke rumah duka bersama ayah mertua saya untuk mengurus surat-surat dan lain-lain. Ketika menunggu di sana, saya mendengar bahwa pompa bensin di Grogol sudah dibakar dan massa sedang menuju arah Pluit. Saya berpikir itu hanya isu, tetapi berita itu semakin gencar. Pegawai rumah duka menyarankan agar saya menunggu di sana sampai keadaan aman. Tapi karena teringat anak dan istri saya di rumah, akhirnya pk 16.30 saya pulang dengan melewati Jalan Gedong Panjang (Tanah Pasir) menuju Jembatan Lima (rumah mertua saya). Ketika baru berjalan, tak jauh, saya melihat kemacetan yang luar biasa, dan saya melihat ada seorang yang memberi kode agar kendaraan berputar (jangan lewat jalan itu). Saya berpikir sebentar, lalu saya segera berbalik arah dan mengambil jalan kota (Stasiun Kota). Ada dua sepeda motor yang mengikuti kode tersebut. Jalan sangat sepi sampai akhirnya saya tiba dengan selamat di rumah.


Saya mendengar bahwa massa sudah membakar mobil-mobil di Jalan Jembatan Lima. Saya teringat akan orang yang memberi kode di lampu merah tadi (di bawah jalan tol). Apa yang akan terjadi bila saya tetap melewati jalan tersebut, yaitu Jembatan Lima? Dari situ saya melihat campur tangan Tuhan kepada saya. Terima kasih Tuhan atas belas kasihan dan anugerah-Mu!


3. 14 Mei 1998
Tuhan menyertai saat evakuasi korban kerusuhan.
Esok harinya (14 Mei) adalah rencana upacara penutupan peti jenazah di rumah duka pada pk. 19.00. Ternyata kerusuhan berlanjut mulai pagi sekitar pk.10, sehingga upacara dimajukan menjadi pk. 14.00. Tidak ada satu orang pun dari keluarga kami yang dapat keluar rumah akibat kerusuhan yang kian dahsyat itu.


Saya bersama keluarga istri saya berkumpul di rumah saudara di Jl. Kemurnian. Kerusuhan terus berlanjut sampai malam hari. Pk. 18.00, saya pulang ke rumah yang berjarak +2 km untuk berkumpul dengan anak dan istri saya. Tetapi pada pk. 19 saya mendapat kabar bahwa sepupu istri saya, yang tinggal di Pinangsia Dalam, terjebak dan tidak dapat keluar dari kompleks perumahannya. Mendengar hal itu saya ingin menolong, tetapi bagaimana dengan keselamatan saya sendiri? Namun saya tidak boleh bersikap egois, saya berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk dapat menolong sepupu istri saya. Setelah mempersiapkan peralatan berupa lampu senter, tali dll., saya menuju Pinangsia. Saya melihat ribuan orang tengah menjarah toko-toko (terutama barang elektronik) di Glodok. Mereka bolak-balik menuju Glodok dan mengambil barang-barang di sana dengan semangat tinggi tanpa peduli keadaan sekitar. Moral dan etika sudah tidak berlaku lagi, ketika banyak orang bersama-sama berbuat jahat. Mereka bahu-membahu dan dengan riang membawa hasil jarahannya.


Sesampainya di Glodok, saya kesulitan melewati tempat tersebut, sebab di sana sangat gelap dan penuh dengan asap. Saya mencoba menerobos, tetapi napas dan mata saya tidak kuat. Akhirnya saya menutup hidung dengan saputangan dan menarik napas dalam-dalam agar saya dapat menerobos asap ersebut. Berhasil! Terima kasih Tuhan! Rintangan pertama sudah dilalui, tetapi ketika sampai di Pinangsia Dalam, saya benar-benar tidak dapat menjangkau tempat tersebut. Ternyata rumah sepupu istri saya sudah terbakar. Saya berpikir bahwa mereka ada di dalamnya. Saya terus mencari dan mencari mereka. Sampai akhirnya saya memutar dan tiba di jalan Raya Hayam Wuruk. Saya berteriak-teriak memanggil mereka, tetapi tak ada sahutan. Saya mulai berputus asa. Satu persatu gedung di jalan itu saya perhatikan. Tak lama kemudian, ada seorang turis dari Afrika mengatakan bahwa ia sempat melihat sekumpulan orang di sebuah gedung berlantai 7 yang belum jadi.Ada sedikit harapan menemukan mereka. Saya bersama beberapa orang menjebol pintu gedung yang gelap gulita tersebut dan naik ke atas. Setibanya di atas, saya melihat banyak orang berkumpul dengan wajah sangat ketakutan; Ada orang tua yang memakai kursi roda, anak-anak, bayi dan lain-lain. Saya dapat melihat api di kiri dan kanan gedung menyala-nyala. Mereka takut dibunuh oleh massa yang liar dan sangat banyak. Kami mengevakuasi mereka satu-persatu, hingga semuanya selesai. Saya mendapati 2 orang sepupu istri saya dan pembantu di antara mereka. Mereka memanjat dengan susah payah dari gedung ke gedung menuju tempat yang lebih aman dan saling bahu-membahu menggotong para orang tua. Luar biasa! Dalam keadaan yang begitu sulit, masih ada kerjasama dan ‘kerelaan’ meninggalkan ego masing-masing. Saya mendengar suara tembakan dari beberapa tentara yang mulai tiba di jalan tersebut. Dengan pengawalan seorang tentara, saya membawa mereka yang berjumlah 50 orang lebih (ada beberapa yang sudah ditampung oleh saudara mereka). Saya bingung harus membawa mereka kemana, sebab ini adalah pengalaman pertama. 


Saya pikir, sebaiknya mereka di bawa ke sebuah sekolah di kawasan Petak Sembilan untuk sementara, sampai tiba esok hari. Sekolah dengan inisial R itu adalah sebuah sekolah terkenal di kawasan tersebut. Kami menemui penjaga/pengurus gedung dan memberitahu maksud kami itu untuk tinggal sementara. Tetapi jawaban yang kami terima sungguh mengecewakan, karena mereka tidak bersedia menerima kami. Sebuah sekolah berlabel agama yang terkenal sosial, sungguh menyedihkan. Dengan sedih, kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan yang tidak pasti. Setelah beberapa waktu ternyata ada sebuah rumah besar yang bersedia menampung kami. Tak lama kemudian datang seorang pastor menemui kami. Pastor itu ternyata dari sekolah yang menolak kami tadi, beliau minta maaf atas perlakuan pengurus/penjaga gedung dan menyatakan bersedia menampung. Kami berterima kasih atas kebaikannya dan mengatakan bahwa sudah ada seseorang yang sudah bersedia menampung kami.


Saya mendengar kabar dari pengurus rumah duka yang kami kenal baik, bahwa Rumah Duka Gedong Panjang telah dibakar massa. Di dalam sana ada 3 jenazah. Di antaranya adalah jenazah nenek istri saya. Satu jenazah di dalam peti dan dua jenazah masih di kamar jenazah. Ketiga jenazah tersebut dikeluarkan oleh massa. Massa mempermainkan jenazah itu, kemudian dibakar. Sampai akhirnya jenazah nenek istri saya ditinggalkan massa begitu saja. Setelah massa pergi, petugas rumah duka segera segera memindahkannya ke Rumah Duka Atmajaya.


Tiga hari tersebut merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Suatu sukacita, bagaimana saya dapat memberi kabar sukacita kepada orang yang belum percaya, bahwa kematian memang suatu hal yang mengerikan dan masih merupakan tanda tanya bagi yang masih hidup, tetapi Kristus yang telah turun ke dalam kerajaan maut telah memberikan jaminan keselamatan bagi siapa yang percaya kepada-Nya. Suatu sukacita juga karena saya diberikan pengalaman berharga, ketika saya diloloskan Tuhan dari maut dengan adanya ‘orang’ yang memberikan petunjuk untuk memutar arah. Saya percaya bahwa Tuhan turut campur dalam kehidupan kita pada saat-saat kritis dalam kehidupan. Kristus telah memberikan teladan tertinggi, ketika Dia hendak ditangkap di Taman Getsemani, dimana Yesus meminta tentara yang hendak menangkap-Nya untuk membebaskan murid-murid-Nya. Hari ketiga, adalah suatu hari yang sangat menentukan dalam hidup saya; apakah saya harus menjadi seorang yang egois, walaupun sudah ditebus dan menerima pengajaran-pengajaran dari Tuhan Yesus Kristus? Setiap ajaran dan perintah-Nya haruslah diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, barulah ajaran-ajaran-Nya menjadi nyata dalam kehidupan kita. Tiada kemuliaan, tanpa penderitaan, tiada mahkota tanpa Salib. Tiada kebangkitan, tanpa kematian Kristus.
Demikian kesaksian ini. Saya turut prihatin atas kejadian yang menimpa saudara-saudara yang lebih menderita akibat amuk massa pada Mei ‘98.


SOLI DEO GLORIA


Amin Khouw












************************************************************************






2 JAM DI ALAM MAUT


Kesaksian Aina
Kisah nyata ini sudah terjadi kira-kira 5 tahun yang lalu, tetapi karena ada salah seorang teman saya yang di dalam Kristus membicarakan topik ini, saya jadi rindu untuk menceritakan kembali dengan harapan ini semua bisa menjadi berkat buat kita semua.
Kedua mertua dan ipar-ipar saya tinggal di Sydney, Australia. Papa mertua saya mempunyai kebiasaan membersihkan taman belakang tiap seminggu sekali. Beliau menyiangi rumput dengan menggunakan pisau yang berputar seperti cakram (saya lupa nama alat tersebut). Jadi cuma pegang sticknya, pisaunya otomatis membabat rumput itu sendiri. Pada hari naas tersebut, tiba-tiba ada batu yang menonjol sehingga pisau tersebut kena batu dan patah berbalik ke arah Papa dan memotong paha kanannya cukup dalam. Sebelum jatuh pingsan ia sempat berteriak panggil mama mertua (waktu itu lunch time dan di rumah nggak ada siapa-siapa).
Puji Tuhan setiap lunch time adik ipar saya selalu pulang makan ke rumah karena perusahaan tempatnya bekerja hanya 10 menit dari rumah. Jadi hanyaselang beberapa menit dimana Mama sempat bingung, tapi adik ipar sudah muncul dan buru-buru mereka bawa ke gawat darurat. Puji Tuhan lagi gawat darurat di Sydney nggak sembarangan, sekalipun dokter jaga mereka bisa mengambil alih pekerjaan dan bisa dipertanggung jawabkan. Saat itu papa sudah siuman dan dapat merasakan proses pembersihan luka di pahanya.
Hal yang paling sulit adalah pasir dari kotoran masuk ke dalam lapisan daging. Dokter sudah berusaha memberikan tetapi pisau memotong cukup dalam (untung tidak mengenai tulang) sehingga dengan terpaksa ada juga daging yang ikut disayat dan dibuang. Hebatnya cara kerja dokter di sana, untuk menjahitpun perlu tiga lapisan (daging dengan daging, kulit dalam lalu kulit luar) Karena kami punya dokter keluarga (teman se SMA Papa waktu di Tegal) jadi akhirnya dokter ini yang kemudian menangani (tapi rumahnya lumayan jauh dari rumah, sekitar 1 jam).
Papa diberi antibiotik untuk mencegah infeksi. Namun beberapa hari kemudian, ternyata kakinya tetap infeksi, bengkak besaaaarrr sekali karena kotoran di dalam daging tidak keluar. Dokter pribadinya dihubungin untuk membuat appointment dan diberitahukan bahwa terjadi pembengkakan, dan beliau berjanji akan datang akhir minggu untuk membuka ulang luka. Waktu itu ia hanya menyarankan melanjutkan antibiotik. Ternyata ketika dokter datang, bisa-bisanya dia lupa bawa gunting dan peralatan untuk buka luka Papa, jadi terpaksa dia membuat appointment baru dan akan kembali lagi dalam beberapa hari. Pada waktu itu juga dia sadar ternyata Papa sudah lebih dari 10 hari makan antibiotik (98 butir!) dan harus segera berhenti sebab Papa sudah mulai merasa tulang-tulangnya kaku.
Kalau nggak salah 2 hari setelah kunjungan dokter (jadi nggak sempat dibuka lagi lukanya) pada suatu malam (yang lain sudah tidur semua) Papa dalam keadaan sangaaaat sakit, tulang & badannya terasa lumpuh, terutama sakit di pahanya malah luar biasa! Rasanya udah nggak punya kekuatan untuk bicara atau minta tolong. Lalu sambil berbaring dia berdoa supaya Tuhan Yesus mengampuni semua dosa-dosanya dan dia juga mengampuni dan mengangkat semua kepahitannya (waktu itu memang Papa punya dendam kepada seseorang yang merampas harta mereka, yang menyebabkan mereka sekeluarga pindah ke Australia dalam keadaan stressed.)
Nah waktu ngomong "Ampuni...ampuni..." tiba-tiba ia merasa rohnya keluar dari tubuh dan ada 2 'orang' di sebelah kiri kanannya. Waktu dia lihat 'orang' itu ternyata mukanya sendiri! Keduanya memimpin dan menjelaskan dimana dia berada, cuma yang satu suaranya agak lembut satunya lagi kaku dan kasar. Mereka membawa dia melalui sebuah lorong menuju ke suatu pintu besar dimana di belakang pintu itu banya orang berbondong-bondong mengantri dan masuk satu-satu. Begitu setiap orang masuk, di depan mereka diperhadapkan lagi dua buah pintu, yang satu pintu menuju 'maut' dan lainnya menuju 'Firdaus'. Papa ada di depan pintu itu dan tetap ngomong "Ampuni saya..."
Lalu tiba-tiba di depannya terpampang tulisan-tulisan berwarna merah yang tidak ada dasarnya (jadi tulisan itu seperti tergantung di udara.) Semua dosa-dosanya dan perbuatan semasa hidupnya ada tercatat dalam tulisan itu, bahkan juga nama orang yang menyakiti dia. Papa hanya menangis nggak bisa ngomong apa-apa. Lalu tiba-tiba seorang ibu tua yang lusuh masuk dan berdiri dihadapan ke dua pintu itu sambil menangis, "Tuhan, kasihani anak-anak saya, kalau mereka melakukan kejahatan. Biarlah saya sebagai ibu mereka menerima hukumanMu asal jangan mereka." Dan ada sebuah suara yang bicara singkat, jelas, dan tegas penuh wibawa berkata, "Biarlah dosa mereka, mereka yang menanggungnya. Masuklah ke rumah BapaKu." Ibu itu masuk ke pintu yang menuju 'Firdaus' dan begitu melewati pintu itu, ia berubah dalam sekejab mata menjadi cantik, putih, dan bercahaya. (Papa mertua nggak pernah baca Alkitab, jadi istilah-istilah yang digunakan meyakinkan sekali.)
Kemudian masuk seorang anak muda yang ugal-ugalan. Segera ia tahu bahwa pintu yang satunya bercahaya dan ia ingin menuju ke sana. Tapi badannya bertentangan dengan kakinya, sebab kakinya membawa dia mengarah ke pintu 'maut'. Lalu terdengarlah suara yang berwibawa itu, suara itu berkata, "Kakimu menjadi saksi kemana engkau pergi dan apa yang telah engkau perbuat selama hidupmu." (ini kalimat yang paling saya ingat dari seluruh cerita) dan segera kakinya membawa dia masuk melalui pintu 'maut' sambil ia berteriak-teriak "Nggak mauu...nggak mau...." dan lolongannya makin keras dan menyayat hati...(kata Papa), hopeless banget deh. Baru beberapa langkah, sambil melolong kesakitan tubuhnya meleleh, dan kaki itu berjalan terusss....sampai berbunyi "Klik..klik..klik.." (menjadi tengkorak!) dan akhirnya terjun ke suatu lubang kawah yang besar dimana jeritan dan lolongan itu menjadi banyak dan mengerikan!
Kemudian masuk seorang pendeta muda yang perlente dan keren. Langsung 'hamba Tuhan' ini dengan yakin menjelaskan semua aktivitasnya: "Saya sudah melayani sampai ke luar negeri, memberitakan NamaMu dan melakukan banyak hal-hal besar dalam NamaMu." Tetapi cukup suara itu hanya bertanya "Dimana jubahmu?" (saya sampai sekarang nggak ngerti tentang cerita pendeta perlente ini. Mungkin seperti di Matius 7:23) dan pendeta itu bungkam tidak bisa menjawab. Tapi herannya ia dilemparkan ke sungai yang mengalir di bawah pintu itu, dan ceritanya berakhir di situ (nggak tau tuh kemana...)
Terakhir masuk seorang pendeta tua dengan pandangan menyesal dan dengan suara perlahan berkata "Ampuni saya Tuhan. Saya tahu sampai waktu akhir saya belum bisa membangun RumahMu. Ampuni saya bahwa hasil pengumpulan dana untuk gedung gereja saya gunakan untuk membantu jemaat saya yang susah. Engkau tahu Tuhan, saya menangis ketika seorang jemaatku datang dan berkata 'Tolong doakan saya Pak pendeta, ada pekerjaan yang saya tahu tidak berkenan tapi harus saya lakukan sekalipun bertentangan dengan hati nurani saya. Kalau tidak istri dan anak saya tidak bisa makan' Saya rangkul orang itu dan saya berjanji, apapun yang ada di meja saya, boleh mereka makan, bahkan saya bersedia membagikan makanan saya untuk semua jemaat saya yang kekurangan" (Setiak bercerita tentang pendeta tua ini, Papa selalu mengeluarkan air mata...) Suara itu hanya berkata "Tidakkah engkau ingin bertemu dengan Bapa?" Lalu ia masuk ke pintu 'Firdaus' dan berubah lagi dalam sekejab mata!
Sesudah melihat pendeta tua itu, dalam keadaan menangis tiba-tiba Papa sudah kembali ke tubuhnya (sadar) dan tubuhnya basah semua dengan keringat. Tapi heran ia punya kekuatan baru, tubuhnya enak semua dan ia bangun mandi air hangat. Rasanya ringan sekali, dan mulai malam itu Papa punya commitment baru, membaca Alkitab setiap hari. Besok paginya (maaf) papa buang air besar, (Kamar mandi di Sydney terpisah dengan WC, jadi ukuran WC kecil sekali) waktu jongkok tiba-tiba ia melihat cairan putih bening dengan kotoran pasir 'muncrat' ke pintu WC, ternyata lukanya pecah! Jadi otomatis luka itu mengeluarkan cairan yang membawa kotoran/pasir, tanpa operasi sampai hari kedua kempis sendiri. Ketika dokter datang, ia langsung bersaksi sambil menangis betapa Tuhan itu luar biasa!!! Ia sembuh total dan mengalami kesembuhan Ilahi, tanpa operasi ulang. Sekarang pahanya normal.
Kejadian itu bukan hanya membuat dia membaca Alkitab, juga pribadinya berubah jadi lebih lembut dan perhatian.
Abba Bapa sanggup merubah pribadi seseorang lewat pencobaan/perkara yang ajaib! Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan... II Korintus 7:10a








******************************************************









57 sen


Seorang anak gadis kecil sedang berdiri terisak didekat pintu masuk sebuah gereja yang tidak terlalu besar, ia baru saja tidak diperkenankan masuk ke gereja tersebut karena "sudah terlalu penuh".
Seorang pastur lewat didekatnya dan menanyakan kenapa si gadis kecil itu menangis?
"Saya tidak dapat ke Sekolah Minggu" kata si gadis kecil.
Melihat penampilan gadis kecil itu yang acak-acakan dan tidak terurus, sang pastur segera mengerti dan bisa menduga sebabnya si gadis kecil tadi tidak disambut masuk ke Sekolah Minggu. Segera dituntunnya si gadis kecil itu masuk ke ruangan Sekolah Minggu di dalam gereja dan ia mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk si gadis kecil.
Sang gadis kecil ini begitu mendalam tergugah perasaannya, sehingga pada waktu sebelum tidur dimalam itu, ia sempat memikirkan anak-anak lain yang senasib dengan dirinya yang seolah-olah tidak mempunyai tempat untuk memuliakan Jesus.
Ketika ia menceritakan hal ini kepada orang tuanya, yang kebetulan merupakan orang tak berpunya, sang ibu menghiburnya bahwa si gadis masih beruntung mendapatkan pertolongan dari seorang pastur. Sejak saat itu, si gadis kecil berkawan dengan sang pastur.
Dua tahun kemudian, si gadis kecil meninggal di tempat tinggalnya didaerah kumuh,dan sang orang tuanya meminta bantuan dari si pastur yang baik hati untuk prosesi pemakaman yang sangat sangat sederhana. Saat pemakaman selesai dan ruang tidur si gadis di rapihkan, sebuah dompet usang, kumal dan sobek sobek ditemukan, tampak sekali bahwa dompet itu adalah dompet yang mungkin ditemukan oleh si gadis kecil dari tempat sampah. Didalamnya ditemukan uang receh sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan ditulis oleh seorang anak kecil yang isinya:
"Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak anak bisa menghadiri ke Sekolah Minggu"
Rupanya selama 2 tahun, sejak ia tidak dapat masuk ke gereja itu, si gadis kecil ini mengumpulkan dan menabungkan uangnya sampai terkumpul sejumlah 57 sen untuk maksud yang sangat mulia.
Ketika sang pastur membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil ini, sang pastur segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil ini untuk memperbesar bangunan gereja.
Namun Ceritanya tidak berakhir sampai disini. Suatu perusahaan koran yang besar mengetahui berita ini dan mempublikasikannya terus menerus. Sampai akhirnya seorang Pengembang membaca berita ini dan ia segera menawarkan suatu lokasi yang berada didekat gereja kecil itu dengan harga 57 sen, setelah para pengurus gereja menyatakan bahwa mereka tak mungkin sanggup membayar lokasi sebesar dan sebaik itu.
Para anggota jemaat pun dengan sukarela memberikan donasi dan melakukan pemberitaan, akhirnya bola salju yang dimulai oleh sang gadis kecil ini bergulir dan dalam 5 tahun, berhasil mengumpulkan dana sebesar 250.000 dollar, suatu jumlah yang fantastik pada saat itu (pada pergantian abad, jumlah ini dapat membeli emas seberat 1 ton).
Inilah hasil nyata cinta kasih dari seorang gadis kecil yang miskin, kurang terawat dan kurang makan,namun perduli pada sesama yang menderita. Tanpa pamrih, tanpa pretensi.
Saat ini, jika anda berada di Philadelphia, lihatlah Temple Baptist Church, dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang dan Temple University, tempat beribu ribu murid belajar. Lihat juga Good Samaritan Hospital dan sebuah bangunan special untuk Sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus ratus (yah,beratus ratus) pengajarnya, semuanya itu untuk memastikan jangan sampai ada satu anakpun yang tidak mendapat tempat di Sekolah MInggu.
Didalam salah satu ruangan bangunan ini, tampak terlihat foto si gadis kecil, yang dengan tabungannya sebesar 57 sen, namun dikumpulkan berdasarkan rasa cinta kasih sesama yang telah membuat sejarah. Tampak pula berjajar rapih foto sang pastur yang baik hati yang telah mengulurkan tangan kepada si gadis keci miskin itu, yaitu pastor DR.Russel H.Conwell penulis buku "Acres of Diamonds" - a true story.


******************************************************




Alkitab Didalam Hati Mereka


Polandia, abad ke-20. Matahari sudah mulai terbenam pada saat seorang pria dengan susah payah berjalan kaki lewat lorong yang becek menuju Desa Gersang.
Wah, jelek sekali jalan-jalan di daerah Polandia Timur ini, katanya pada dirinya sendiri. Kalau aku tidak bertekad untuk membawa Alkitab kepada orang-orang yang belum mempunyainya, pasti aku tidak mau bepergian ke daerah yang terpencil seperti ini!
Memang pria itu sudah biasa berjalan di jalan-jalan desa yang jelek. Umumnya ia tidak mengomel. Tetapi sudah bekerja keras sepanjang hari, kadang-kadang ia merasa sedikit jengkel.
Tenaganya hampir terkuras habis ketika lampu-lampu nampak berkedip-kedip pada jendela-jendela di desa Gersang. Pada saat pria itu berjalan semakin dekat, anjing-anjing menggonggongi dia. Tetapi pria itu sudah biasa menghadapi anjing-anjing penjaga; seandainya tidak, pasti sudah berkali-kali ia diserang.
Ia mengetuk pintu rumah pertama yang didatanginya. Seorang pria muncul dipintu; tiga orang anak mengintip dari belakang punggungnya.
"Selamat sore," sapa tuan rumah itu. "Silakan masuk, sudah mulai dingin diluar."
"Selamat sore," Tetapi pria yang mengetuk pintu itu tidak segera masuk.
"Pak, aku mencari tempat menginap. Aku bersedia membayar, juga untuk makananku. Dan aku pun menjual sebuah buku yang berisi cerita-cerita yang paling indah di seluruh dunia."
Dengan tenang ia menunggu keputusan tuan rumah; ia tidak mau memaksa orang itu menerimanya. Tetapi biasanya, begitu orang memandang wajahnya, saat itu juga mereka merasa bahwa ia seorang yang dapat dipercaya.
"Bagaimana, Marya?" tanya tuan rumah itu kepada istrinya.
Istrinya melangkah maju dan memperhatikan wajah pria yang masih berdiri di luar itu. "Nanti malam pasti dingin sekali," katanya. "Kami punya cukup makanan di sini dan cukup tempat tidur juga." Lalu ia kembali ke tungku perapian agar dapat mengurus masakannya.
Maka pintu itu dibukakan lebih lebar. "Silakan masuk!" kata tuan rumah. "Kenalkan, namaku Antoni Kowalski."
"Dan aku, Karl Olsen, penjual Alkitab," jawab tamu itu seraya berjabat tangan. "Di samping menjual, aku pun suka menyampaikan cerita di tempat aku menginap."
Ketiga anak itu berdiri di sekeliling Karl Olsen pada saat ia duduk di dekat tungku perapian. Si Marya Kecil adalah anak sulung; namanya sama dengan nama ibunya. Ia tersenyum tersipu-sipu. "Cerita, Pak?" bujuknya.
Ayahnya tertawa. "Si Marya tidak puas-puasnya mendengar cerita. Biarkan tamu kita memanaskan tangannya dulu, Nak!"
Tidak lama kemudian Karl Olsen sudah merasa hangat dan nyaman. Maka dibukanya bungkusannya dan dikeluarkannya sebuah Alkitab. "Nah, ini dia, buku yang paling berharga di seluruh dunia. Kalian mau aku bacakan sebuah cerita, ya? Bagaimana kalau cerita ini, yang pernah dibawakan oleh Tuhan Yesus sendiri?"
Karl membuka Alkitabnya pada perumpamaan orang Samaria yang murah hati. "Kalian bagaikan orang Samaria terhadap diriku," katanya. "Dengan murah hati kalian sudah menerima aku, sehingga aku tidak kedinginan, dan aku selamat dari bahaya binatang buas yang mengintai dalam kegelapan malam."
Tibalah waktu makan malam. Karl makan dengan lahapnya. Makanan itu sangat sederhana, tetapi disuguhkan dalam keadaan panas dan diberi bumbu menurut seleranya.
Sesudah makan, Karl Olsen mulai bercerita lagi. Pak Antoni dan Ibu Marya duduk sambil mendengarkan, bersama dengan si Marya Kecil dan si Yan dan si Zosia. Yang dibacakan ialah cerita-cerita tentang Yusuf, tentang Daud, tentang Raja Salomo yang membangun Bait Allah yang indah, tentang Nabi Daniel yang dijebloskan ke dalam gua singa.
Sebelum ia menyampaikan tiap cerita baru, Karl membuka Alkitab pada pasalnya yang tepat. Sambil bercerita ia pun menyisipkan di sana sini dengan susunan kata persis seperti yang tertera di halaman Alkitab.
Si Marya Kecil menarik napas panjang pada saat Karl Olsen menutup Alkitab. "Papa, beli buku itu, ya? Supaya setiap malam Papa dapat membacakan isinya," bujuknya. "Papa satu-satunya orang di desa Gersang yang dapat membaca," ia menjelaskan dengan bangga kepada tamu itu.
Ayahnya mengerutkan dahinya. "Kita ini orang miskin, Nak. Tidak mampu membeli buku," katanya.
Suara Karl Olsen lirih pada saat ia mengatakan, "Mereka yang tidak mempunyai buku ini memang miskin. Tetapi bagi mereka yang mempunyainya, buku ini lebih berharga daripada banyak harta."
"Papa! Papa! Beli, ya, Papa!" si Marya terus membujuk.
Akhirnya Antoni Kowalski membeli sebuah Alkitab, meski untuk orang seperti dia harganya terhitung cukup mahal. Ia meletakkan buku itu di tempat yang terhormat di dalam rumahnya.
Selama dua hari Karl Olsen tetap menginap pada keluarga Kowakski. Ia berkenalan dengan penduduk lain di desa itu. Tetapi tidak ada seorang pun, di antara mereka yang mau membeli Alkitab. Kitab-kitab Perjanjian Baru, bahkan Kitab-Kitab Injil yang kecil-kecil tidak ada satu pun yang laku.
Karl kecewa. Tadinya ia berbesar hati karena pada malam yang pertama itu ia sudah menemui sebuah keluarga yang rela membeli Alkitab lengkap. Harapannya semula ialah, pasti ada juga orang-orang lain di desa Gersang yang mau membeli.
Pada hari yang ketiga, Karl Olsen berangkat menuju desa-desa lain. Sambil berjalan kaki melewati lorong yang becek, ia terus berpikir, "Ah! Biarlah cuma sebuah Alkitab saja yang laku di desa Gersang. Tadinya tidak ada firman Allah sama sekali di sini. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi?"
Kemudian datanglah musim salju di Polandia Timur. Matahari terbenam agak awal; kawanan serigala melolong di dalam kegelapan malam. Semua orang harus tetap tinggal di rumah.
Pada malam-malam seperti itu Antoni Kowalski biasa membuka Alkitabnya serta membacakan cerita-cerita yang sudah diberi tanda oleh Karl Olsen. Ia pun membacakan ajaran-ajaran Tuhan Yesus, menurut daftar penunjuk ayat yang ditinggalkan oleh penjual Alkitab itu.
Selama saat-saat pembacaan itu, Ibu Marya dengan si Marya Kecil serta Yan dan Zosia suka duduk mendengarkan. Kemudian mereka memperbincangkan apa yang sudah mereka dengar.
Kadang-kadang ada juga tetangga yang turut mendengarkan. Seraya mengambil Alkitabnya, Pak Antoni suka mengatakan: "Coba dengarkan apa yang sudah kutemukan di dalam buku ini. Dengarkan baik-baik, dan berilah tanggapan."
Lalu ia akan membacakan dengan suara keras, sedangkan tetangga-tetangganya duduk termenung. Kemudian mereka memberi tanggapan dan memperbincangkan arti ayat-ayat tadi. Percakapan itu selalu berkisar pada hal-hal yang patut mereka terapkan dalam hidup mereka.
"Mengapa aku harus mengampuni musuhku?" tanya seorang tetangga. "Apakah buku ini bermaksud, aku harus membantu seseorang memotong kayu, padahal ia sudah mencuri sebagian dari panen gandumku? Wah, tidak masuk akal!"
Pak Antoni menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu? Memang ini ajaran yang aneh." Lalu ia pun membuka sebuah ayat yang lain lagi. "Nah, ini: 'Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.'"
Si Marya Kecil dan Yan ikut mendengarkan ayah mereka bertukar pikiran dengan tetangga-tetangganya. Mereka saling berpandangan. Memang mereka tidak selalu memperlakukan teman-teman sepermainan mereka seperti mereka kehendaki supaya teman-teman itu memperlakukan mereka!
Sulit mengatakan secara persis, kapan dan bagaimana perubahan ajaib itu mulai terjadi. "Seumpama ragi yang diadukan ke dalam tepung sampai khamir seluruhnya", demikian kata-kata Tuhan Yesus tentang firman Allah yang berkerja dengan tidak kentara dalam hati manusia.
Demikianlah halnya di desa Gersang. Ajaran-ajaran Alkitab mulai mengubah cara hidup Antoni Kowalski serta keluarganya dan tetangga-tetangganya. Desa Gersang mulai bersemi secara rohani, dengan pikiran dan perbuatan yang bersifat murah hati.
Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dengan terang-terangan. Tak ketinggalan juga si Marya Kecil dan Yan. Zosia, si bungsu, masih terlalu kecil untuk menjadi anggota gereja, namun ia pun mengasihi Tuhan Yesus sebagai temannya yang terbaik.
Lambat laun orang-orang lain di desa itu juga memihak Tuhan Yesus dan menggabungkan diri dengan umat Kristen. Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mulai menghitung: "Seratus sembilan puluh delapan, ... seratus sembilan puluh sembilan, ... dua ratus. Sudah ada dua ratus orang Kristen!" kata mereka. "Alangkah baiknya jika Karl Olsen dapat diberitahu, betapa besarnya perubahan di desa ini sebagai hal dari Alkitab yang pernah dijualnya!"
Nah, justru fakta itu yang mulai mencemaskan hati kedua ratus orang Kristen baru di desa Gersang: Alkitab yang mereka miliki itu hanya ada satu.
Mengapa kita juga tidak membelinya waktu Karl Olsen ada di sini dulu?" kata mereka dengan wajah sedih. "Bagaimana kalau Alkitab itu dicuri orang? Bagaimana kalau rumahmu kebakaran, Antoni?"
"Aku sudah tahu sebagian dari Alkitab di luar kepala," kata si Marya Kecil. "Aku sudah hafal cerita tentang Tuhan Yesus bersama kanak-kanak itu, dan juga Mazmur pasal 100."
"Dan aku pun sudah tahu di luar kepala cerita orang Samaria yang murah hati," kata si Yan dengan bangga. "Aku dapat menghafalkan seluruh cerita itu, tanpa kekeliruan sedikit pun."
Ibu Marya tidak mau ketinggalan. "Hatiku sarat dengan ayat-ayat yang pendek yang telah kauhafal," katanya. "Tetapi satu pasal semuanya? Wah, aku belum sanggup!"
Perkataan ibu Marya itu menimbulkan gagasan baru. "Kita harus menghafal seluruh Alkitab!" demikianlah keputusan kedua ratus orang Kriten itu. "Tiap bagian yang indah, tiap bagian yang penting, harus dapat diucapkan di luar kepala."
Maka mereka membuat rencana bersama-sama. Mula-mula mereka mendaftarkan semua ayat dan pasal kesayangan mereka masing-masing, serta ajaran-ajaran Alkitab yang mereka anggap paling indah dan paling penting. Lalu setiap orang diberi tugas hafalan. Anak-anak kecil menghafal ayat-ayat pendek saja. Anak-anak yang lebih besar ditugasi menghafal cerita dan perumpamaan serta mazmur yang tidak terlalu sulit untuk diingat. Orang-orang dewasa ditunjuk untuk menghafal bagian-bagian Alkitab yang paling rumit. Dengan rajin dan tekun mereka mulai menunaikan tugas mereka masing-masing.
Kadang-kadang mereka berkumpul di rumah keluarga Kowalski. Seseorang akan mulai mengucapkan apa yang sudah dihafalkannya, misalnya dari Kitab Injil Lukas, pasal yang pertama. Orang tadi akan terus menghafal sejauh bagiannya. Lalu orang yang berikutnya akan berdiri dan meneruskan tugas hafalannya. Pak Antoni memegang Alkitab di tangannya, agar ia dapat memperhatikan tiap kata yang diucapkan itu persis dengan yang tertulis di dalam firman Tuhan.
Setiap malam hari selama musim salju itu, tidak lagi terasa waktunya lewat dengan amat panjang. Setiap orang Kristen di desa Gersang memanfaatkan waktunya dengan menghafalkan Alkitab. Banyak sekali bagian firman Allah yang sudah dapat diucapkan di luar kepala setelah musim salju itu lewat!
Selama musim semi dan musim panas dan musim rontok, mereka semua sibuk mengusahakan gandum dan memotong kayu dan mengerjakan tugas-tugas yang lain. Tetapi setiap musim salju selama tahun-tahun yang berikutnya, mereka terus menambah perbendaharaan ayat dan pasal hafalan mereka.
Matahari sudah terbenam pada saat Karl Olsen dengan susah payah berjalan kaki lewat lorong yang becek menuju desa Gersang lagi. Dulu aku pernah mampir di desa yang terpecil ini, demikianlah pikirnya. Waktu itu cuma sebuah Alkitab saja yang laku. Aku menjualnya kepada tuan rumah di sini ... eh, siapa namanya?
Tenaganya hampir terkuras habis ketika lampu-lampu nampak berkedip-kedip pada jendela-jendela di desa Gersang. Ia mengetuk pintu rumah pertama yang di datanginya. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah keluarga yang dulu itu masih tinggal di situ, dan apakah ketiga anak mereka masih sehat-sehat saja.
Seorang gadis remaja membukakan pintu. Ia tertegun sejenak, lalu berlari ke dalam sambil memanggil ibunya, "Mama! Mama! Pak Karl Olsen datang kembali! Pak Karl Olsen!"
Seluruh keluarga Kowalski keluar dan menyambut tamu mereka dengan penuh sukacita: Pak Antoni, Ibu Marya, Yan, Zosia, dan "si Marya Kecil", yang sekarang lebih tinggi daripada ibunya. Kabar kedatangan Karl Olsen itu dengan cepat-cepat disampaikan ke rumah-rumah tetangga, dan mereka pun menyambut dia dengan girang.
Karl haren sekali. Mengapa mereka semua menyongsong dia dengan seramah itu? Mengapa mereka masih mengingat namanya selama bertahun-tahun itu?
Sedikit demi sedikit ia mendengar ceritanya. Pak Antoni mengeluarkan Alkitabnya, yang sudah hampir usang karena sudah terlalu sering dibuka-buka. Ibu Marya bercerita tentang dua ratus penduduk desa Gersang yang sudah menjadi pengikut Tuhan Yesus. Teman dan tetangga mereka sering memotong percakapannya dengan berita-berita yang lain, ... tetapi tidak seorang pun yang bercerita tentang tugas hafalan mereka. Rupanya mereka merasa itu urusan mereka sendiri, yang mungkin tidak begitu menarik untuk diceritakan kepada orang lain.
Keesokan harinya, dengan senang hati penduduk desa Gersang berkumpul untuk berbakti bersama-sama dengan Karl Olsen. Dalam kebaktian itu, Karl bertanya: Adakah seseorang di sini yang dapat mengucapkan ayat kesayangannya?" Semua orang terdiam. Lalu Antoni Kowalski bertanya, "Ayat kesayangannya, Pak? Ataukah pasal kesayangannya?"
Karl Olsen kaget. "Pasal! Adakah di sini seseorang yang sudah menghafal keseluruhan dari satu pasal di dalam Alkitab?"
Lalu mereka bercerita kepadanya tentang kecemasan mereka dulu: Jangan-jangan Alkitab satu-satunya milik mereka itu hilang! Mereka menjelaskan bagaimana mereka membagi-bagi tugas hafalan. "Hampir seluruh Alkitab itu telah kami hafalkan," kata mereka dengan bangga. "Dan kami sedang berusaha menghafalkan sisanya."
Yan adalah orang pertama yang berdiri dan mulai mengucapkan ayat-ayat di luar kepala. Lalu Zosia, dan Marya, dan semua anak yang lain, ayat demi ayat, pasal demi pasal. Kaum dewasa pun mengucapkan beberapa ayat dan pasal kesayangan mereka.
Seminggu lamanya Karl Olsen menetap bersama-sama dengan orang-orang Kristen di desa Gersang. Desa itu jauh sekali dari tempat tinggal orang-orang Kristen yang lain; banyak sekali pertanyaan mereka tentang saudara-saudara seiman mereka yang belum pernah mereka lihat! Dan mereka pun membeli Alkitab, Kitab Perjanjian Baru, dan Kitab-Kitab Injil sampai persediaan yang dibawa Karl Olsen itu habis semuanya.
"Kami sudah mempunyai Alkitab di dalam hati kami," kata mereka. "Akan tetapi kami masing-masing hanya mempunyai sebagian saja. Padahal kami masing-masing memerlukan firman Allah yang lengkap."
Semalam sebelum Karl Olsen hendak berangkat lagi dari desa Gersang, ia berbaring di tempat tidurnya. Demikianlah renungan hatinya: Sungguh firman Allah bekerja di dalam hati orang-orang di sini. Dari hanya satu Alkitab saja, ... lihatlah hasilnya!




******************************************************


Apakah Engkau Yesus ?


Beberapa tahun yang lalu, sekelompok salesmen menghadiri pertemuan sales di Chicago. Mereka telah meyakinkan istri-istri mereka bahwa mereka akan mempunyai cukup waktu untuk makan malam bersama di rumah pada hari Jumat. Namun, manager sales menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang telah diperkirakan dan pertemuan berakhir lebih lambat daripada yang telah dijadwalkan. Akibatnya, dengan tiket pesawat dan tas mereka di tangan, mereka berlari menerobos pintu airport, tergesa-gesa, mengejar penerbangan mereka pulang.
Ketika mereka sedang berlari-lari, salah satu dari para salesman ini tidak sengaja menendang sebuah meja yang digunakan untuk menjual apel. Dan apel-apel itu beterbangan. Tanpa berhenti atau menoleh ke belakang, mereka semua akhirnya berhasil masuk ke dalam pesawat dalam detik-detik terakhir pesawat itu tinggal landas.
Semua, kecuali satu. Dia berhenti, menghela napas panjang, bergumul dengan perasaannya lalu tiba-tiba rasa kasihan menyelimuti dirinya untuk gadis yang menjual apel. Ia berkata kepada rekan-rekannya untuk pergi tanpa dirinya, melambaikan tangan, meminta salah satu temannya untuk menelpon istrinya ketika mereka sampai di tempat tujuan untuk memberitahukan bahwa ia akan mengambil penerbangan yang berikutnya. Kemudian, ia kembali ke pintu terminal yang berceceran dengan banyak sekali buah apel di lantai.
Salesman ini merasa lega ketika ia tiba disana. Gadis yang berumur 16 tahun ini buta! Gadis tersebut sedang menangis sesegukan, air matanya mengalir turun di pipinya, dan gadis itu sedang berusaha untuk meraih buah-buah apel yang bertebaran di antara kerumunan orang-orang yang bersliweran di sekitarnya, tanpa seorang pun berhenti, atau pun cukup peduli untuk membantunya.
Salesman itu berlutut di lantai di sampingnya, mengumpulkan apel-apel tersebut, menaruhnya kembali ke dalam keranjang dan membantu memajangnya di meja seperti semula. Seketika itu, ia menyadari bahwa banyak dari apel-apel itu rusak, dan ia mengesampingkan apel yang rusak ke dalam keranjang yang lain.
Setelah selesai, pria ini mengeluarkan uang dari dompetnya dan berkata kepada si gadis penjual, "Ini, ambillah $20 untuk semua kerusakan ini. Apakah kau tidak apa-apa?"
Gadis itu mengangguk, masih berlinang air mata.
Pria itu melanjutkan dengan, "Saya harap kita tidak merusak harimu begitu parah."
Ketika pria ini mulai beranjak pergi, gadis penjual yang buta ini memanggilnya, "Tuan..."
Pria ini berhenti, dan menoleh ke belakang untuk menatap kedua matanya yang buta.
Gadis ini melanjutkan, "Apakah engkau Yesus?"
Ia terpana. Kemudian, dengan langkah yang lambat ia berjalan masuk untuk mengejar penerbangan berikutnya. Dan pertanyaan itu terus menerus berbicara di dalam hatinya, "Apakah kau Yesus?"


Apakah orang-orang mengira engkau Yesus? Bukankah itu tujuan hidup kita? Untuk menjadi serupa dengan Yesus sehingga orang-orang tidak dapat melihat perbedaannya ketika kita hidup dan berinteraksi di dalam dunia yang buta dan tidak mampu melihat kasih, anugrah dan kehidupanNya... Jika kita mengakui bahwa kita mengenal Dia, kita harus hidup, berjalan, dan bertindak seperti Yesus. Mengenal Yesus adalah lebih dalam daripada hanya sekedar mengutip kata-kata dari Alkitab dan pergi beribadah di gereja. Mengenal Yesus adalah menghidupi FirmanNya hari demi hari. Anda adalah seperti buah apel tersebut di mata Allah meskipun kita rusak dan menjadi cacat ketika kita terjatuh. Allah berhenti mengerjakan apa yang sedang Ia kerjakan, mengangkat Anda dan saya ke suatu bukit yang bernama Kalvari dan membayar penuh semua kerusakan kita. Mari mulai jalani hidup sesuai dengan harga yang telah dibayarkanNya.


*****************************************************




CERITA MENGHARUKAN DARI ITALIA


Dibalik cerita Pedonor sumsum tulang belakang dan pelaku pemerkosaan.
Di suatu Koran Itali, muncullah berita pencarian orang yang istimewa.


17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota , tak tahu aku bener ngak nulisnya), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam.
Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini.
Sayangnya,sang bayi kini menderita leukemia kanker darah.
Dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.
Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya.
Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.


Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar.
Setiap orang membicarakannya.
Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul.
Padahal jelas, ia akan menghadapi kesulitan besar.
Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri.
Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni.
Kisah ini akan berakhir bagaimanakah?


Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali.
Martha,35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.
Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi di antara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam.
Hal ini menarik perhatian setiaporang disekitar mereka untuk bertanya.
Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.


Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi.
Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia.
“Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.”
Dokter menjelaskan lebih lanjut.
“Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok.
Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.”
Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan.
Hasilnya tak satupun yang cocok.
Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya.
Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi.
Dan mendonorkan darah anak untuk Monika.
Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara, “Tuhan..kenapa menjadi begini?”
Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa.


Peterson mengerutkan keningnya berpikir.
Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, “saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya.”
Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama.
Terakhir mereka hanya berkata, “Biarkan kami memikirkannya kembali.”


Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut.
Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter.
“Ada suatu hal yang perlu kami beritahukan padamu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun.”
Dr. Adely menganggukkan kepalanya.
Lalu mereka menceritakan: “Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.”
Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali.
“Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih pengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan.
Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.”


Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami mengapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan.
Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala, Dr. Adely berkata “Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.”
Beberapa lama kemudian,ia memandang Martha dan berkata, “Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian?”
Martha berkata, “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya.” Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.


Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.
November 2002, di koran Wayeli termuat berita pencarian ini,seperti yang digambarkan sebelumnya.
Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia! Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan.
Kotak surat dan telepon Dr.Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini?
Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya.
Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.


Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir


Orang hitam itu akan munculkah?
Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya?
Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya?
Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini?


Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun.
Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili.
17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran terkelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu.
Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini.
Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.
Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini.
Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain.
Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya.
Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya.
17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal untuk merayakan hari ulang tahunnya.
Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring.
Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring.
Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran.
Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih.
Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha.
Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.


Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan.
Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.
Di Napulese ia bertemu keberuntungannya.
Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika.
Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan penikahkannya dengan anak perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka.


Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu.
Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik.
Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.
Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram.
Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun.


Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud.
Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malang itu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya.
Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no.Telepon Dr.Adely.
Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali.
Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik.
Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya.
Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun.
Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha.
Sang istri, Lina berkata, “Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian.”
Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan, “Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu?”
“Sedikitpun aku tak akan memaafkannya! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar-benar seorang pengecut!”, demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan.
Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya.
Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya.
Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku”.


Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata, “Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya.”
Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis.
Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya, “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya.”


Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka.
Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita.
Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu.
Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri, “Aku ini sebenarnya
orang baik, atau orang jahat?”
Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri.


Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya.
Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah?
Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya.
Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah, “Selamat pagi, manager!”
Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu.
Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.


Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely.
Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang, “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu.”
Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah.
Dr.Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata, “Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya?”
Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri!
Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika.
Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini.
Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya.
Terakhir ia berkata, “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika. Aku harus menyelamatkannya.”


Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah, “Kau PEMBOHONG!”
Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya.
Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda.
Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya, “Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaikidirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini di dalamnya?”
Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama.


Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata, “Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu!”


3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely.
8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili.
Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika.
Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya.
Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu.


Segalanya berlangsung dalam keheningan.
Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak
mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.


Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini.
Mereka terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya.
Mereka berpendapat, “Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!”


10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili.
Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini.


18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.
Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat.
Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir.
Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata, “Maaf…mohon maafkan aku! Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu.”
Martha menjawab :”Terima kasih kau mau muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku”.


19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili.
Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika.
Sang dokter berkata dengan antusias : “Ini suatu keajaiban!”


22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan.
Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis.
Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat.


Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya.
Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka.
Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata, “Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”.
“Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku !”


Mat. 18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
Mat. 18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.


Mat. 6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
Mat. 6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akanmengampuni kesalahanmu."






************************************************************************






KESAKSIAN MANTAN KETUA TIM PEMBURU HANTU


Pada suatu hari di bulan Februari 2007 yang lalu seorang teman mengikuti sebuah persekutuan doa di Surabaya. Dalam acara itu ternyata ada pembicara tamu yang memberikan kesaksian. Dia adalah bapak Mahrus, seorang mantan Ketua DPD (Dewan Pimpinan Daerah) suatu front yang sangat terkenal di negeri ini, juga mantan Ketua Tim Pemburu Hantu di sebuah stasiun TV Swasta.
Pada suatu hari di akhir tahun 2005 bapak Mahrus diminta seorang pejabat di Jatim untuk mendapatkan bunga kencono wungu (?) yang dipercaya dapat mendatangkan kesaktian luar biasa sehingga bisa hidup selama-lamanya. Ketika ia melakukan tapa (semedi/meditasi) , ia kaget sekali karena melihat sebuah lengan terulur dari samping tubuhnya dan di tangan itu terdapat sebuah roti. Terdengar suara, “Inilah yang engkau cari…” Tiga kali hal itu terjadi, namun bapak Mahrus tak menanggapi, karena bukan itu yang ia cari. Ia sangat heran, tangan siapakah yang terulur tadi? Apa maksud roti di tangan itu?
Pada malam harinya bapak Mahrus didatangi sesosok tubuh yang pernah ia lihat fotonya di dalam buku atau majalah kekristenan. Ya, malam itu ia didatangi Isa Al-Masih. Tangan-Nya terulur, berisi roti, dan Ia mengatakan, “Inilah yang engkau cari…” Bapak Mahrus ragu-ragu, namun Tuhan Yesus memaksa memasukkan roti itu ke dalam mulutnya. Sejak saat itu ia mendapatkan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Sosok Isa itu telah pergi, namun apa yang dirasakan bapak Mahrus tak dapat pergi. Sejak saat itu dia ingin tahu, roti apa yang ia telah telan.
Ia segera mendatangi sebuah gereja besar di Surabaya, namun karena mereka tahu dari penampilan wajah bapak Mahrus yang keturunan Arab ini dan mereka tahu bahwa beliau ini adalah Ketua DPD suatu ormas terkenal, maka tak ada hamba Tuhan di situ yang berani melayani bapak Mahrus. Namun seorang pengerja di situ memberi nama seorang hamba Tuhan yang tidak terkait dengan gereja apapun. Kepada hamba Tuhan ini bapak Mahrus bersoal jawab tentang kekristenan dan akhirnya ia minta dilayani pelayanan pelepasan. Sebelumnya bapak Mahrus adalah seorang yang memiliki “ilmu” bermacam-macam, memiliki banyak jin penolong dan memiliki ilmu kekebalan tubuh. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, semua ilmu itu dilepaskan, hubungan dengan kuasa-kuasa lain dilepaskan. Ia menerima kelahiran kembali dalam roh dan hatinya. Ia menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, kehidupan yang lama telah berlalu, sesungguhnya kehidupan yang baru sudah datang.
Setelah mendapatkan penjelasan dari hamba Tuhan ini ia sekarang mengerti apa yang sebenarnya ia cari. Dari penjelasan itu ia tahu apa yang telah ia makan. “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya,” (Yohanes 6 : 51). Bapak Mahrus telah memakan roti hidup itu.
Ketika kisah tentang hal ini diceritakan kepada isterinya, sang isteri hanya berkata, “Umi sih terserah Abi saja!” Jadilah, satu keluarga ini percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Nah, mulailah persoalan berdatangan. Seperti kita ketahui, seseorang yang murtad dari agama sebelumnya, maka darah orang itu halal untuk dicurahkan. Pada suatu hari rumah bapak Mahrus di Surabaya dikepung puluhan anggota dari ormas ini. Hukuman mati telah dijatuhkan oleh pimpinannya. Bagaimana keluarga Bapak Mahrus dapat luput dari kepungan pasukan yang dilengkapi berbagai senjata tajam ini? Pada saat itu semua ilmu kekebalan tubuh bapak Mahrus telah dilepaskan dan ia sepenuhnya bersandar pada perlindungan Bapa Sorgawi. Secara luar biasa dan penuh mukjizat bapak Mahrus dan keluarganya diloloskan oleh pertolongan Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi. Ia tidak mengerti betapa tak terduga dalamnya hikmat Bapa Sorgawi itu. Hikmat-Nya melebihi hikmat manusia. Puluhan orang itu tidak dapat menangkap atau mencederai bapak Mahrus, tanpa seizin Pencipta Langit dan Bumi.
Kehidupan beliau saat ini sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan dirinya lagi. Ia hidup oleh anugerah Tuhan semata-mata. Oleh karena kasih karunia Tuhan bapak Mahrus telah diselamatkan oleh iman. Ia telah mendapatkan apa yang ia cari. Itulah roti kehidupan. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.






*********************************************************************************




Kesaksian Pdt. Muhammad Riza Solihin (Kerusuhan di Sampit)


Seperti biasa, setiap Hari Rabu malam Ada KKR di gereja dan tadi malam
kesaksiannya dahsyat…. Kotbahnyapun luar biasa (Pdt. Mohammad Riza
Solihin). Tapi aku mau cerita yang bersaksi aja, nama ‘after re-born’ nya
adalah Yehezkiel Immanuel (nama aslinya N. Arifin).


Bpk. Yehezkiel ini (sekitar usia 30th an) asli Madura, alias Madura asli
beristrikan seorang turunan Dayak asli. Beliau memulai ceritanya bahwa dari
lahir adalah keturunan ’sepupu’, usia17 thn masuk sekolah ‘teologianya
sepupu’, sewaktu dewasa hijrah ke Sampit, Kalimantan. Di sana kerjanya
adalah “ngerjain” orang-orang Kristen yang amat ia dan kelompoknya benci.
Setiap hari Minggu mereka sengaja mengangkat penutup ‘pengontrol got’ supaya
orang2 Kristen yang mau ke gereja yang melewati trotoar terjebak jatuh ke
dalam got !


Tidak sedikit korban yang keseleo dan luka. Hampir setiap subuh ia
mengantongi batu-batu khusus melempari gereja-gereja, pokoknya benci banget
dah !


Bpk. Yehezkiel ini kemudian berkenalan dengan seorang perempuan asli suku
Dayak di sana, yang mana sama sekali tidak memakai atribut Kristiani
sehingga ia tidak tahu kalau wanita ini orang Kristen. Namun setelah wanita
ini mengaku jatuh hati padanya, dan ketahuan bahwa ia seorang
nasrani tentulah ditolak mentah-mentah. Tapi karena sang wanita berjanji mau
pindah kepercayaan dan bersedia menikah secara hukum agamanya, maka
merekapun singkatnya menikah. Ternyata sang istri sesudah menikah tetap
berdoa dengan cara ‘lama’, bukannya belajar Al Quran, melainkan terus
membaca kitab sucinya sendiri.


Pertikaian sering terjadi, dan Bpk.Yehezkiel ini tidak tanggung-tanggung,
bukan menampar saja, melainkan amarahnya bisa sampai memukul, menganiaya
bahkan menginjak istrinya! Sudahpun demikian, sang istri hanya berkata,
“dibunuhpun saya tidak apa-apa, asal jangan engkau suruh saya menyembah
Tuhanmu, dan jangan bakar Alkitab saya ini. Saya sudah siap membayar harga
sejak saya menikah denganmu.” Istrinya tetap mendoakan dia.


Suatu kali (th ‘99-2000) terjadi kerusuhan besar di Sampit, dimana orang
Dayak membantai orang- orang Madura, memenggal kepala mereka dan memakan
daging mereka! Bpk. Yehezkiel sangatlah ketakutan! Betapa tidak, orang Dayak
yang memiliki kuasa gelap ini bisa “mencium” bau orang Madura dari jarak 500
meter !


Beliaupun meminta tolong istrinya bagaimana caranya melindungi dia. Istrinya
berkali-kali menjawab, “Saya tidak bisa melindungimu. Yang bisa menolong
kamu adalah Tuhan Yesus, IA Tuhan yang hidup, yang menolong anak-anakNya
tepat pada waktunya. Tidak ada yang mustahil bagi DIA, jadi minta tolonglah
padaNya.”


Tentu saja Bpk. Yehezkiel jadi marah, “ngapain minta tolong sama Tuhanmu
yang gondrong, Tuhannya orang barat!”. Tapi ketika ketakutan menghantuinya
kembali dia minta tolong istrinya, “kan kamu orang Dayak, gimanalah caranya
ngomong sama mereka! Kalau aku mati, gimana?” Istrinya berkata, “kalau kamu
mati, ya kehendak Tuhan… Hanya Tuhan Yesus yang bisa menolong kamu, bukan
saya.”


Karena buntu, ia pun terpaksa memutuskan ikut ke pengungsian, tetapi istri
tidak bersedia ikut, anak mereka waktu itu baru beberapa bulan usianya.


Karena truk sudah datang, istrinya membawakan beliau sebuah tas kecil,
sambil berpesan, “semua yang kamu perlukan Ada dalam tas itu.” Bpk.Yehezkiel
tidak sempat membuka apa isinya, pokoknya dia percaya saja, lalu naik ke
truk dan duduk paling pojok, penuh dengan rasa takut. Truk tersebut dikawal
oleh 4 orang tentara, di dalamnya ada sekitar 20 orang.


Tiba2 di tengah jalan mereka bertemu dengan segerombolan orang Dayak yang
jumlahnya hampir seratus, berteriak agar diserahkan orang-orang Madura yang
di dalam truk.


Merasa bertanggung jawab, seorang tentara berkata, “tidak bisa! Langkahi
dulu kami!” Tentara tersebut menembak, tetapi sebuah ’sumpit beracun’
menghujam dadanya, tentara itu tewas seketika!


Teman-temannya berlari dan meninggalkan ke 20 orang Madura di
dalamnya.Wah, mereka tentu takut setengah mati! Semua sembahyang dan
komat-kamit, hanya Bpk.Yehezkiel yang ‘kelu’, ketakutan menyergap dia
sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba seorang ibu muda berdiri,
sambil membopong bayinya, mungkin bermaksud meminta belas kasihan… namun
hanya dalam hitungan detik, kepalanya sudah jatuh ke tanah, dengan darah
yang tersembur dari batang leher yang putus! Suaminya reflek berdiri
menangkap bayinya, segera sebuah tombak menembus perutnya !


Saat itulah, Bpk. Yehezkiel “coba- coba” (siapa tahu benar kata istrinya)
berseru dalam hati, “Tuhannya istriku… Kalau benar Engkau Tuhan yang hidup
dan tidak ada yang mustahil bagiMu, maka permintaanku sangatlah mustahil:
aku ingin selamat! Dan kalau aku selamat maka seumur hidupku sampai
selama-lamanya aku akan menyembah Engkau.”


Dalam sekejap, ia merasakan ada sesuatu yang membungkus tubuhnya. Segera
satu persatu orang-orang dalam truk itu dibantai, Dan iapun harus berdiri…
tetapi aneh sekali, sekian banyak orang Dayak itu tidak ada yang melihatnya
!


Ia berjalan di antara orang-orang Dayak dengan penuh keheranan, lalu berlari
terus menuju sungai yang di pinggir jalan. Di belakangnya ia melihat 3 orang
mengejar, ia kira mengejar dirinya, ternyata… mereka ‘membaui’ ada orang
Madura yang bersembunyi dalam sungai, orang itupun mati ditombak! Tetapi
tetap saja mereka tidak melihat dan ‘membaui’ Bpk.Yehezkiel yang ada di
seberang sungai yang sama… sesuatu yang “mustahil” sudah Tuhan lakukan.
Apa yang ia harus lakukan sekarang ?


Sesudah peristiwa itu berakhir, ia kembali ke jalan raya dan berdoa (kali
ini bersuara). “Tuhannya istriku, kamp penampungan masih 8.5 km dari sini,
saya tidak tahu harus bagaimana… bukankah tidak ada yang mustahil bagiMu,
dan Engkau menolong anak-anakMu tepat pada waktunya?” Seketika itu, sebuah
mobil tentara lewat dan berhenti di depannya! “Bapak orang Madura kan? Ayo
cepat naik, kami mau ke penampungan, hari ini penyisiran terakhir
orang-orang Madura harus keluar dari Sampit ! “


Terheran-heran ia melihat pekerjaan ‘Tuhan istrinya’… Sampai di kamp,
puluhan ribu orang-orang Madura di sana berkumpul. Karena sangat lapar, ia
mencoba membeli makanan, ternyata uangnya yang banyak itu tidak laku! Saat
itu, sebuah sepeda motor hanya ditukar dengan 1 dus supermi dan 1 karton
aqua. Untuk 3 dus supermi + 3 karton aqua ditukar dengan sebuah mobil L300,
harta tidak lagi berharga! Ia sangat kelaparan, dibukanya tas kecil
mengingat pesan istrinya, “apa saja yang kamu butuhkan ada di situ”
ternyata… isinya “hanya” sebuah Alkitab !


Maka sekali lagi ia berdoa, “Tuhan istriku… Engkau sudah menyelamatkan aku
sejauh ini, pastilah tidak membiarkan aku mati kelaparan. “Mustahil” rasanya
mendapatkan makanan di tengah situasi begini, tetapi bukankah tidak ada
perkara yang mustahil bagiMu?” Lalu ia beranjak keluar, berjalan saja
mengitari pinggiran camp, ternyata seorang teman melihat dia dan memanggil
namanya lalu membagikannya makanan, GRATIS !


Bukan hanya cukup untuk dirinya, ia juga bahkan bisa membagikan pada
beberapa orang lain. Luar biasa! Sesudah itu tiba2 terdengar suara speaker,
diumumkan ada truk2 yang siap mengangkut 3.000 orang ke Surabaya subuh nanti
(12 jam dari waktu itu), jadi yang mau ikut diharapkan naik ke truk. Maka
mengerikan sekali, orang-orang berhamburan berebutan naik ke atas truk,
bahkan bergelantungan di badan truk, yang penting bisa ikut terangkut ke
pelabuhan. Ketakutan membuat orang-orang ini kehilangan akal, betapa
tidak… di dalam kamp pun kadang2 ada yang bisa tertombak mati.


Tidak sedikit yang mati terinjak-injak saat itu !


Bpk. Yehezkiel ‘bengong’ melihat truk2 yang ‘diselimuti’ manusia, dan ia
berdoa, “Tuhannya istriku… aku ingin ke Surabaya, tapi tidak bisa dan
tidak mau naik truk yang seperti itu…”


Tiba-tiba ketika ia sedang berdiri di pinggir kamp, sebuah truk lewat,
isinya hanya beberapa orang ! Truk itu ternyata milik ipar pamannya, dan
iapun naik ke truk itu. Sampai di pelabuhan, begitu truk mereka naik ke
kapal, pintu kapalpun ditutup. Masih ratusan orang yang tidak terangkut,
seorang ibu tampak meratap, memohon belas kasihan, “suami dan bayi saya
sudah naik Pak, tolong saya bisa ikut… kasihan bayi saya bisa mati kalau
tidak ada yang menyusui… tolonglah saya, Pak…” Tetapi tanpa belas
kasihan petugas berkata, “Gak bisa! Kalau diijinkan pada naik akan melebihi
kapasitas !”


Tali dilepas dari dermaga, hati Bpk. Yehezkiel terenyuh melihat ibu itu.
Kapal sudah mulai berjalan perlahan, ia kembali berdoa, “Tuhannya
istriku…, kalaupun saya tidak ikut, saya ingin ibu itu bisa naik
menggantikan saya…” Ternyata kapal merapat kembali, terdengar suara kapten
dari speaker, “Semua penumpang yang masih ada di dermaga pelabuhan cepat
naik !” Sungguh, semua yang “mustahil” dan “pertolongan yang tepat waktu”
terus terjadi sepanjang hari, membuat Bpk. Yehezkiel ‘melihat’ betapa Tuhan
istrinya itu, Tuhan Yesus, adalah Tuhan yang hidup !


Melewati 7 thn berlalu, Bpk.Yehezkiel menyadari, karena seorang istri yang
bersedia membayar harga, ia saat ini mengenal dan melayani Tuhan Yesus.
Dalam perjalanan pulang di mobil, kami ber-3, rekan saya bilang, ‘istrinya
luar biasa !’.


———-
Benar, tapi memang untuk menyelamatkan seorang Yehezkiel (Arifin), istrinya
itu ditempatkan dan dilengkapi dengan karunia tersebut, maka ia siap
membayar harga. Kalo enggak, ampun deh…tolooonggg. ….mana tahan.


Ada satu ‘pesan’ luar biasa dari pdt. M. Riza (juga mantan agama seberang
pernah masuk acara “Solusi”) di akhir ibadah beliau bercerita diketemukan
dengan 3 orang tokoh besar agama yang penasaran ingin bertanya tentang
kekristenan, tapi 8 pendeta menolak karena tidak mau mengambil resiko
konflik agama, apalagi seorang dari mereka adalah orang ternama dalam
pemerintahan.


Tadinya Bpk. Riza menolak karena tidak memiliki argumentasi secara teologis,
tetapi orang yang meminta padanya meneguhkan bahwa Roh yang ada bersamanya
akan bersaksi asal dia bersedia, maka Bpk. Riza langsung mengatakan, “YA !”


Singkatnya, ia bertemu dengan ke-3 orang ini, plus seorang anak muda usia 21
th yang mendampingi. Mereka bertanya seputar (biasa deh) “Tritunggal, siapa
Isa/Yesus, apa bedanya Yesus dengan nabi mereka”. Semua dijawab dengan padat
dan dimengerti serta diterima oleh ke-3 orang ini.


Dalam 1,5 jam perbincangan yang akrab, pak Riza akhirnya membawa mereka
lunch, dan di perjalanan Bpk. Riza meng’interview’ anak muda usia 21 th
tersebut rupanya sudah 2 thn menerima Tuhan Yesus dan ketahuan, lalu
digebukin, ditikam, dianiaya… namun tidak keluar dari sana (karena Roh
yang mengutusnya tetap ada dalam lingkungan tersebut), dan tetap membalas
dengan kasih… kasih…kasih. .. sampai ke-3 sesepuhnya ini MENERIMA TUHAN
YESUS, bahkan sudah DIBAPTIS bersama dengan 11 orang lainnya di ‘pesantren’
mereka secara diam-diam.


Karena mereka tidak bisa keluar dari komunitas mereka (mengepalai 9 rumah
ibadah / pesantren dengan ribuan jemaat), maka pertanyaan2 dalam benak
mereka membuat mereka diam2 minta dipertemukan dengan hamba Tuhan Yesus.


Luar biasa ya… Akhir pertemuan itu, Bpk. Riza bertangis-tangisan, pemuka
agama tersebut minta didukung dalam DOA karena tidak mungkin menanggalkan
atributnya, tetapi ia terus akan mensyiarkan KASIH dan SANG KEBENARAN,
bahkan siap mati asal jemaah yang Tuhan percayakan pada mereka bisa
diselamatkan.


Halleluyah! Sama seperti pesan Bpk. Riza, saya juga mengajak kita terus
mendoakan saudara-saudara sepupu kita. Sekalipun kebencian demi kebencian,
gereja terus teraniaya dan dibakar, jangan hati kita ikut membenci mereka.


Kita membenci dosa dan perbuatan mereka, tapi harus mengasihi pribadi
mereka, sebab “hati Bapa adalah pertobatan jiwa-jiwa”. Mungkin kita tidak
bisa keluar menginjil, tapi “doa orang benar besar kuasanya”.


Sudah banyak darah para missionaris yang tumpah di bumi Indonesia, juga
tidak sedikit darah orang- orang benar yang mati martir. Setiap ‘benih’ yang
mati pasti akan menghasilkan buah yang banyak. Jika kita hanya bisa berkata,
“saya cuma bisa ikut berdoa” maka, BERDOALAH !


Ditulis dan dikirim oleh Aina. “Love your enemies and pray for those who
persecute you” Mat 5:44) “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya – Yoh 20:29″




************************************************************************




Kesaksian Seorang Pelawak


Bersama ini saya sampaikan kesaksian dari seorang Sunda yang jadi
anggota group lawak dari Bandung dan pimpinannya adalah Saudara Us-us
D'Bodor - mantan bintang film di tahun 60-an ). Kesaksian ini saya dengar
sendiri sewaktu ada rubrik kesaksian di Persekutuan doa di rumah Jendral
Purn. Pranowo, mantan Dirjen Imigrasi. Fisik dari orang tersebut ialah
pendek sekitar 150 cm, tapi giginya ada 4 buah yang copot karena dipukulin
sama Eks teman-temannya karena pindah agama.
Kesaksian yang di bawah ini saya ambil dari majalah Narwastu, "Dari
Sungai Ciliwung ke Sungai Yordan". Namanya ialah Kang Maman alias Pak
Elisa. Sebelumnya ia bernama Muhammad Shalat karena ia dilahirkan pas jam
sembahyang, panggilan akrabnya adalah Iman. Tapi, kata dia, karena sekarang
sudah menyeberang dari Sungai Ciliwung ke Sungai Yordan, maka namanya
diganti menjadi Elisa.
Wajahnya kelihatan awet muda, padahal usianya sudah 55 tahun. Boleh
jadi, karena ia memang selalu gembira atau mungkin lantaran ia seorang
pelawak. Ditemui NARWASTU, di sebuah gereja di bilangan Depok, Kang Maman
atau Pak Elisa memberikan kesaksiannya berikut ini :
Dulu saya bukan orang Kristen, karena saya pernah juara membaca
kitab suci agama saya yang dulu, maka saya diangkat menjadi Pegawai di
Kantor Kecamatan. Saya juga mantan pelawak Grup Sangkuriang Bandung. Saya
mengikut Kristus baru dua tahun ini. Ceritanya begini, mula-mula ada orang
datang ke kantor untuk ngurus surat-surat. Setelah saya baca, dia orang
Kristen, saya nggak mau layanin. Saya benci orang Kristen. Lalu saya pulang,
padahal dia masih nunggu terus. Di rumah saya sembahyang, saya memang tidak
pernah ketinggalan sembahyang. Waktu itu saya bersujud minta ampun kepada
Tuhan. Ampunilah perbuatan-perbuatan saya yang salah tadi siang. Tahu-tahu
ada suara angin. Dan saya langsung melek. Ternyata ada yang berdiri di situ.
Dia menampakkan wajahnya dan badannya dengan pakaian yang putih, pakai
selendang merah bawa tongkat. Merahnya menyala tidak ada bandingnya.
Sandalnya seperti bakiak dan berwarna emas. Lalu dia bilang begini, "Shalom,
Shalom." Saya nggak mengerti apa Shalom itu. Tapi, seperti langit mau pecah
suaranya itu. Waktu itu saya mengucap, "Astagafirullah aladzin."
Saya didatangi itu kira-kira ada 5 menit. Lalu, dia bilang begini,
"Anakku, Akulah Isa Almasih, dan Akulah Yesus Kristus. Akulah jalan yang
lurus dan Akulah yang terkemuka di dunia dan di akhirat". Saya seperti nggak
sadar, lalu bertanya, "Kau ini siapa ?" Lalu Dia menaruh tangan di kepala
saya, "Aku menumpangi kepala kamu. Aku akan memberkati kamu. Ikutlah Aku.
Jalan yang lurus."
"Astagafirullah aladzin." Waktu saya melek lagi, Dia sudah nggak
ada. Lalu, saya membangunkan istri saya, "Mah, bangun." Dia tanya, "Aya naon
 ( Ada apa ) ?" Lalu saya ceritakan kejadian itu. Dia malah bilang, "Itu teh
jurig, setan, iblis." Dia suruh saya berdoa. Saya berdoa lagi. Istri saya
tidur, saya nggak bisa tidur. Sampai satu minggu, saya nggak bisa tidur.
Pikiran saya nggak tenang. Saya merasa masih melihat wajahnya terus-menerus.
Rumah tangga saya jadi guncang, dan akhirnya saya keluar dari pekerjaaan.
Suatu sore, saya berjalan-jalan sampai ke dekat gereja. Waktu itu
ada kebaktian,,jemaatnya nggak banyak. Saya dengerin saja dari luar. Tapi
Pak Pendeta mengajak saya masuk, "Entar diberkati Tuhan", katanya. Saya
takut masuk, nanti saya disalib, pikir saya begitu. Saya pulang saja. Minggu
berikutnya, saya ikut seminar di Gereja itu. Ada pelepasan katanya. Tapi
saya nggak tahu apa artinya. Sampai saya ikut pelepasan, lalu dikasih
Alkitab sama Pak Pendeta. Tapi, nggak pernah saya bawa ke rumah. Saya taruh
saja di kebun singkong. Takut, mertua saya kan ulama. Tapi saya belajar
terus di gereja itu. Selama tiga bulan saya membohongi istri. Kalau ditanya,
"Bapak dari mana ?" Saya jawab, "Kondangan, Mah." Istri saya nggak percaya,
"Koq, siang malam kondangan terus. Punya pacar kali ?" Saya nggak mau begitu
terus. Saya kan umat Kristus.
Lama-lama, saya mendoakan orang sakit, nggak dibawa ke dokter, tapi
sembuh. Yang lumpuh, saya doakan demi Nabi Isa Almasih, dia sembuh. Tapi
suatu hari ada yang datang ke mertua saya, dan bilang, "Pak, sekarang
mantunya jadi dukun Kristen lho..!" Malam itu juga, jam dua subuh saya
dibangunin sama mertua saya, "Bangun setan, Anjing laknat lu ..!" Saya
dibilang orang kafir, terus diusir. Saya pergi malam itu juga, ngajak istri
dan anak saya. Istri saya langsung minta dicerai, tapi saya nggak mau. Lalu,
saya sujud kepadaNya, "Tuhan, sekarang saya hidup di dalam namaMu, Yesus
Kristus. Jangan sampai sia-sia. Berkati istri saya karena dia tidak mengenal
Engkau."
Tuhan memberkati saya. Saya bisa ngontrak rumah, sampai 2 hari. Tapi
kemudian saya dianiaya oleh penduduk di situ. Waktu itu hari Jumat, saya
dipukuli. Gigi saya dimasuki kayu, sampai rontok. Waktu itu saya sedang
jalan ke rumah. Saya ditarik sepanjang jalan ke rumah sampai tangan saya
habis. Di dalam rumah, tangan saya dijepit pakai meja, sampai patah.
Kira-kira 5 bulan, waktu itu saya sudah sembuh, terus dianiaya lagi.
Dipukuli lagi, kaki saya sampai cacat. Puji Tuhan, sampai sekarang saya bisa
jalan. Istri saya minta cerai lagi, tapi saya nggak menceraikan. Saya masih
dianiaya terus, sampai akhirnya saya minta cepat-cepat dibaptis, "Pak
Pendeta, saya minta cepat dibaptis, takut umur saya pendek." Saya memang
takut mati karena setiap hari berdarah terus.
 Setelah dibaptis itu, saya masih juga dianiaya. Suatu hari, saya
dipanggil oleh saudara-saudara saya di daerah Ciapus, Bogor. Saya disuruh
minum kopi. Yang lain, empat orang, pada minum teh. Jadi saya curiga, apa
lagi mereka kelihatan bisik-bisik. Saya belum berani minum. Tapi, Roh Kudus
bilang, "Anakku, minumlah kopi itu. Karena sudah dikuduskan oleh namaKu,
Yesus Kristus. Hormatilah saudaramu." Lalu saya minum kopi itu, waktu itu
mereka bisik-bisik. Tapi, Puji Tuhan. Sampai pulang ke rumah, saya nggak
apa-apa. Kemudian, saya dipanggil oleh kakak saya, disuruh betulin kandang
kambing. Saya tidak tahu kalau di belakang saya waktu itu ada minyak tanah
dalam ember. Tiba-tiba, saya diguyur dan sempat dibakar. Katanya sih apinya
sudah nyala, tapi saya nggak merasa apa-apa. Terus pernah juga kuku saya
dicabut, copot satu. Tapi dua hari lagi sudah sembuh. Saya berdoa, agar
Tuhan memberkati mereka yang menganiaya saya. Tapi kemudian, mertua saya
meninggal. Sebelumnya, dia pernah paksa saya supaya pindah lagi ke agama
yang dulu.
Jadi saya ini kenyang dianiaya. Saya dibenci masyarakat. Dibilang
setan, kafir, anjing, dan segala macam. Tapi, Puji Tuhan, saya selalu
merasakan berkat dan perrtolonganNya.
Kalau agama saya diejek orang, saya bilang, "Lho, kenapa ? Ini kan untuk
keselamatan saya sendiri." Saya dulu belum bisa menerangkan firman, buta
rohani. Tapi, saya kemudian belajar. Saya mulai bertumbuh, sampai sekarang.
Saya mulai bersaksi di mana-mana. Lama-lama makin banyak yang kenal.
Saya sering diundang ke sana sini. Saya juga dikenalkan sama Pendeta ini dan
Pendeta itu. Saya selalu bertanya kepada istri saya, "Setelah jadi Kristen,
saya jahat nggak ?" Puji Tuhan, istri saya nggak mau diceraikan lagi
sekarang. Sedikit demi sedikit, istri saya dikasih tahu Injil. Dia mulai
berubah, walaupun masih sedikit. Saya percaya, Tuhan akan memberkati dan
memperlihatkan kuasaNya seperti ke saya.
 Sekarang, di dalam rumah tangga saya ada damai sejahtera dan tidak
kekurangan apa-apa. Saya sering diminta berdoa untuk orang sakit. Puji
Tuhan, mereka sembuh setelah saya doakan. Ada adik saya dari Bandung, dulu
benci saya. Suatu hari dia datang. Katanya, "Kang, saya disantet dukun dari
Cirebon. Matanya sampai keluar. Dioperasi habis dua juta juga nggak
sembuh-sembuh." Terus saya bilang sama dia, "Mau nggak kamu didoain ?" Lalu
dia menginap di rumah saya. Saya pakai minyak urapan, karena kemana-mana
saya selalu bawa minyak zaitun. Saya tumpang tangan ke dia, "Tuhan Yesus,
sembuhkan adik saya. Kalau ada roh-roh jahat, roh-roh santet, roh-roh apa
saja dalam tubuh adik saya, Kau hancurkan."
Saat itu, keluar dari hidungnya mimisan. Malam harinya dia mimpi begini,
Yesus yang menyembuhkan. Yesus yang memgeluarkan roh-roh jahat dari tubuhku.
Dia rambutnya panjang. Saya bilang, "Makanya percaya pada Gusti Yesus
>Kristus. Karena kalau percaya kepada Gusti Yesus, akan sembuh."
Setelah pulang ke Bandung, dia bilang mau ngikut Gusti Yesus. Kata adik
saya, "Bilangin ya pada saudara-saudara di Bandung, di Garut, kalau saya
sudah sembuh tanpa dokter. Yesus itu dokter di atas segala dokter."
Saya dikaruniai 4 anak, yang paling besar sudah SMP, yang paling
kecil umurnya 5 tahun. Istri saya namanya Siti Cholifah. Sekarang ini saya
ajari mereka tentang Kristus. Saya nggak mau mereka sia-sia. Kenapa orang
lain diselamatkan, kok keluarga saya tidak. Saya terus beritakan Injil
kepada semua orang. Ke kampung-kampung, ke pegunungan, sampai tempat yang
terpencil saya beritakan. Pokoknya saya jalan terus, meskipun nggak punya
kendaraan. Saya tidak takut bersaksi di mana-mana. Sebab, saya tidak
menjelekkan agama. Kalau orang lain tidak menghormati saya, kita sih tetap
hormati. Saya terus memberitakan Injil, sambil mendoakan orang sakit. Saya
mau mereka mengenal Yesus. Untuk apa saya dianiaya kalau bukan untuk Yesus.
Kalau saya memberitakan Injil, saya tidak melihat suku. Mau suku apapun,
pokoknya saya rangkul. Ke Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan kemana lagi, saya
juga pernah. Saya beritakan injil ke gembel-gembel, gelandangan-gelandangan,
tukang becak, ulama-ulama, pejabat-pejabat, penyanyi-penyanyi. Puji Tuhan,
banyak yang terima. Tapi saya tidak mengkristenkan orang. Pokoknya saya
beritakan dengan kasih.
Pernah ada saudara saya yang datang. Dia tanya, "Ngapain kamu jadi
Kristen ? Miskin, sengsara. Sudah ini tanda tangan !" Saya mau dikasih rumah
kalau saya mau kembali ke agama yang dulu. Saya sampai menangis. Saya berdoa
di kebun waktu magrib. Saya pilih surga. Teman-teman saya di Sangkuriang,
ada yang sudah tahu. Malah ada yang mulai bertobat, rumahnya di Cirebon.
Sekarang memang jarang tampil, karena rumahnya jauh-jauh. Tapi setiap
Agustus banyak undangan menghibur di masyarakat. Kalau ada peresmian, saya
tampil memainkan calung. Saya pernah ditawari sekolah teologi, tapi saya
belum kepengin. Saya pengin beritakan Injil saja. Saya selalu minta
pertolongan Roh Kudus, supaya mengerti.
Kuku saya sekarang sudah tumbuh lagi, yang bekas cabutan tadi. Jadi
orang Kristen memang nggak selalu enak. Tapi, sekarang banyak yang maunya
enak-enak, maunya besar-besar. Coba lihat saya, yang dianiaya begini. Ini
sekarang masih sakit, tapi saya hanya serahkan pada Yesus saja. Kiranya
kesaksian ini menjadi berkat bagi saudara-saudara semuanya.
Adapun ayat yang saya sukai adalah Filipi 4 ayat 13 dan 19, "Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.",
"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya
dalam Kristus Yesus."
TUHAN YESUS MEMBERKATI,
AMIN


************************************************************************






Melihat Isa Almasih


Shalom alaikhim Beshem ha Mashiah. Saya anak ketiga dari enam
bersaudara, empat saudara saya perempuan dan saya termasuk anak laki-laki
paling besar. Saya dilahirkan dalam keluarga Muslim yang taat dan fanatik
karena ayah saya adalah seorang Kiai dan juga anggota ABRI yang oleh
komandannya ditugaskan untuk membina mental dan rohani anggota ABRI.


 Di lingkungan keluarga, ayah saya sangat keras dalam mendidik
anak-anaknya terutama dalam hal agama. Dalam pergaulan, ayah saya juga
memberikan pengajaran yang sangat keras, kami dilarang bergaul atau berteman
dengan orang-orang Kristen. Tahun 1992 saya menyelesaikan studi di salah
satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Saya dianjurkan ayah saya agar
melanjutkan pendidikan agama ke salah satu pesantren di Jombang, Jawa Timur,
supaya saya lebih memahami tentang Al-quran, akan tetapi tinggal dan belajar
di dalam pesantren menurut saya tidak efektif karena pengajarannya hanya
membaca dan menulis huruf Arab saja tidak dengan arti bahasa Indonesianya,
sehingga saya hanya bertahan sampai empat bulan, setelah itu saya
menganggur.


 Pada bulan Juli 1994, saya mencoba masuk Lembaga Ilmu Pengetahuan
Islam Arab ( LIPIA ), setelah mengikuti ujian masuk saya dapat diterima dan
ternyata saya salah satu yang mendapat beasiswa untuk belajar di King Abdul
Aziz, Universitas Jeddah, Saudi Arabia selama tiga tahun. Mendengar kabar
tersebut bukan hanya saya yang gembira, orang tua saya lebih gembira dari
saya, dengan harapan saya bisa menjadi penerus ayah sebagai seorang "Kiai".


 Bulan November 1994, saya berangkat menuju Saudi Arabia. Di Saudi
Arabia, saya tinggal di sebuah apartemen di Fasyalia Street I Jeddah, kurang
lebih 100 km menuju kota Mekkah. Pada tahun pertama saya tinggal di Saudi
Arabia, saya rajin beribadah Umroh dan Haji ke Masjidil Haram Mekkah.
Saya sempat terkejut setelah mengetahui bagaimana orang Islam di Saudi
Arabia memperingati hari-hari besar Islam karena ada beberapa peringatan
hari besar agama Islam di Saudi Arabia yang berbeda dengan di Indonesia,
contohnya, di Saudi Arabia tidak ada peringatan Maulid Nabi Muhammad dan
Isra Mi'raj Nabi Muhammad juga tidak ada. Adanya Idul Fitri, dan banyak lagi
perbedaan agama Islam di negara Arab dengan Indonesia.




"Isa Almasih dalam Al-qur'an"
 Satu setengah tahun sudah saya belajar di Saudi Arabia, saya mulai
mengerti arti yang terkandung dalam kitab suci yang saya imani dahulu yaituAl-qur'an. Di dalam Al-qur'an sendiri banyak sekali kesaksian tentang Injil>Isa Almasih, antara lain Surah 46 Al-Ahqaaf ayat 30, "QAALUU YAA QAUMANA
INNA SAMI + NA KITABAN UNZILA MIMBA + DI YADAIHI YAHDI ILAL HAQQI WA ILA
THARIQIM MUSTAQIM." Artinya, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengar Kitab Al-qur'an yang diturunkan sesudah Musa, yang membenarkan
Kitab Injil yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus".
 Surah 4 An-Nisaa ayat 59, "WA INI MIN AHLIL KITABI ILLA LA YU +
MINAMNA BIHII QOBLA MAUTIHI WAYAUMIL QIYAMATI YAKUNU ALAIHIM SYAHIDAA."
Artinya, "Dan tidak seorangpun dari ahli kitab akan beriman kepada Isa dan
pada hari kiamat Dia menjadi saksi terhadap mereka."


 Surah 43 Az-Zukhuri ayat 61, "WA INAHUU LA + ILMUL LIS SAA + TI FA
LAA TAMTARUNA BIHA WA TABI + UNI HAZDAA SHIRAATUM MUSTAQIM." Artinya, "Dan
sesungguhnya Dia adalah suatu tanda bagi kiamat maka janganlah kamu
ragu-ragu tentang kiamat itu, dan ikutlah Aku, inilah jalan yang lurus."
Ayat yang di atas menyatakan bahwa jalan yang lurus ada pada Isa Almasih
yang memberikan pengetahuan tentang hari kiamat dan tidak boleh diragukan.
Oleh karena itu kita harus bertaqwa kepada Allah dan taat kepada Isa Almasih
sebab inilah jalan yang lurus.


 Disamping Surah 43 Az-zukhuruf tersebut, jalan yang lurus ada di
dalam surah 46 Al-Ahqaaf ayat 30 yang menyatakan bahwa Kitab Taurat dan
Injil memberikan petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.


 Surah Al-Maa-Idah ayat 68 juga menyatakan bahwa Alkitab ( Taurat dan
Injil ) adalah merupakan Kitab yang benar bagi orang yang beragama menurut
kehendak Allah.
Surah Al-Maa-Idah ayat 68, "QUL YAA AHLAL KITABI LASTUM + ALAA SYAI INHATTA
TUQIMUT TAURATA WAL INJILA WA MAA UNZILA ILAIKUM MIR RABBIKUM THUQYANAW
WAKUKUFRAN FALLA TA + SA + ALAL QAUMIL KAAFIRIN." Artinya, "Katakanlah, hai
ahli kitab, engkau tidak beragama yang sebenarnya, kecuali engkau turuti
Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, bagi
kebanyakan mereka sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran."




"Saya Menerima Isa Almasih Sebagai Tuhan Dan Juruselamat"


 Pada suatu hari di bulan Agustus 1996, ketika saya sedang membaca
Alquran di kamar apartemen, tiba-tiba saya melihat seorang laki-laki
berjenggot dan berjubah putih mendekati saya. Saya takut sekali tapi bukan
karena kehadiran orang tersebut yang begitu tiba-tiba tapi karena wajahnya
yang sangat berwibawa sekali. Apakah saya ini sedang bermimpi ? Ah, tidak.
Saya tidak bermimpi ataupun mabuk. Sepertinya orang tersebut tahu kalau saya
sedang ketakutan.


 DIA-pun langsung berbicara, "Jangan takut, Aku datang untuk
menyelamatkanmu." Setelah DIA berkata begitu, saya langsung tidak sadarkan
diri. Waktu itu kira-kira pukul 9 malam waktu Jeddah. Segala sesuatu hening
dan tenang. Sayapun merenungkan siapa yang datang tadi ? Kalau dia manusia,
dari mana masuknya sebab semua pintu terkunci. Dan apa maksudnya dengan
menyelamatkan ? Koq dia lancar sekali berbahasa Indonesia, sedangkan
wajahnya wajah Arab-Palestina. Dari mana Dia tahu kalau saya orang
Indonesia, sedangkan saya saat itu tidak sedang berada di Indonesia tapi di
Jeddah, ya paling tidak pakai bahasa Arablah, karena di sana orang Indonesia
juga kalau bertemu dengan bangsanya sendiri pakai bahasa Arab.


 Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam diri saya.
Sekarang saya baru tahu kalau yang masuk tersebut adalah Roh Kudus dan Roh
Kudus itulah yang membuat hati saya dapat mengambil kesimpulan bahwa yang
datang tadi adalah Isa Almasih ( Yesus Kristus ). Sayapun langsung
tersungkur dan menangis sambil memohon ampun kepada Allah atas semua
dosa-dosa saya selama ini, yang ternyata saya selama ini telah mengikuti
jalan yang tidak benar. Spontan saya berkata, "Bagaimana saya harus menerima
Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat ?" Bicara saya saat itu memang
perlahan, saya juga tidak mengerti kenapa saya bicara seperti itu, dan lagi
saya tidak tahu Juruselamat itu apa ? Ini hal-hal aneh yang terjadi saat
itu.


 Pagi itu juga saya berdoa dalam bahasa Indonesia dengan lancar
sekali, doa saya waktu itu adalah sebagai berikut, "Ya Allah, saya percaya
melalui FirmanMu bahwa saya adalah manusia berdosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah serta harus binasa, tetapi saya juga percaya melalui
FirmanMu Yesus Kristus telah mati untuk semua orang yang berdosa dan
Darah-Nya telah dicurahkan untuk menghapus dosa-dosa kami. Sekarang saya
menerima Engkau Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadiku.
Penuhi saya dengan Roh KudusMu Tuhan. Terima kasih Tuhan Yesus Kristus.
Amin."


 Setelah berdoa seperti itu, doa tersebut langsung saya catat ke
dalam sebuah buku harian. Setelah itu saya merenung, sambil bertanya-tanya
dalam hati, kenapa saya begitu mudah berdoa dalam bahasa Indonesia ? Dan
mengapa doa tersebut seperti doa orang Kristen, sebab ada kata Yesus ?
Lantas saya berpikir lagi, yang berdoa tadi, saya atau siapa ? Aneh,
tiba-tiba saya penuh dengan sukacita.


 Sejak tahun 1996, saya secara pribadi menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat saya. Di tahun 1997 saya pulang ke Jakarta dengan
sambutan meriah dari keluarga karena mereka tahu bahwa diri saya telah
menjadi seorang haji yang patut dibanggakan. Keluarga saya belum tahu kalau
saya sudah bertemu dengan Tuhan Yesus dan menjadi pengikutNya. Inilah
rahasia yang terus saya rahasiakan.
Tidak seperti yang lain saya tidak pernah memakai gelar Haji di depan nama
saya, dan tindakan ini membuat orang tua saya bertanya-tanya akan apa yang
saya perbuat.


 Tidak lama setelah saya sampai di Jakarta, saya mendapat tawaran
bekerja di salah satu Bank swasta di Jakarta. Tetapi baru kerja kurang lebih
sembilan bulan, saya terkena PHK karena Bank tersebut dilikuidasi / ditutup
oleh pemerintah, tidak lama setelah saya terkena PHK, ayah saya memasuki
masa pensiun, sehingga harus pulang ke Jombang, Jawa Timur, karena rumah
yang ditempati di Jakarta adalah rumah dinas. Dan saya memilih untuk tinggal
dan kos di Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Raya, Jakarta pusat.


 Selama hidup menjadi anak kos yang masih di biayai keluarga karena
saya belum bekerja, hal seperti ini menghidupkan kembali kerinduan saya
untuk mempelajari Alkitab, seperti janji hati ketika baru menerima Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya. Setelah membeli sebuah Alkitab dan
saya belajar bersama Tuhan, mulailah saya ikut kebaktian. Yang pertama
sekali saya ikut Kebaktian Minggu di salah satu gedung gereja di Jakarta
Pusat.


 Selanjutnya keluar masuk gereja dari yang Karismatik, Pantekosta,
Protestan sampai Katolik sehingga saya mengenal beberapa Hamba Tuhan.
Tanggal 8 April 1999, saya bertemu seorang Hamba Tuhan dari satu gereja di
Jakarta yang bersedia membaptis saya pada sebuah kolam renang yang berada di
salah satu Hotel di Jakarta Timur.




"Tuhan Bekerja Luar Biasa Di Balik Sobekan Celurit"


 Pada 28 April 1999, saya datang berkunjung ke rumah paman di daerah
Pasar Rebo, Jakarta Timur untuk mengakui bahwa saya telah menjadi Pengikut
Kristus. Sampai di sanapun saya ditanya oleh Paman, "Bagaimana kabar kamu ?
Sudah lama tidak main ke sini ?"
"Puji Tuhan", jawab saya. Mendengar jawaban seperti itu, wajah Paman
langsung berubah tidak ada senyum lagi. Saya ulangi lagi, "Puji Tuhan !
Sekarang ini saya menjadi pengikut Kristus."
Paman saya tanya lagi, "Apa itu pengikut Kristus ?" Dengan suara yang sangat
kasar sekali. Saya kembali menegaskan, "Sekarang saya sudah menjadi seorang
Kristen." Tanpa ada komentar lagi, melayanglah pukulan dari Paman yang
bertubuh besar ke arah saya yang berbadan kecil. Saya terjatuh, akibat
terkena pukulan, lalu kesempatan itu digunakan oleh paman saya untuk
mengambil sebuah celurit yang terpajang di tembok. Lalu dari arah belakang,
Paman mengalungi leher saya dengan celurit dan merobek leher saya sambil
berkata, "Kamu sudah murtad, kamu sudah menjadi kafir. Orang kafir kalau
dipotong lehernya diminum darahnya halal."


 Mendengar itu saya merasa bahwa saya tidak akan hidup lagi. Tapi
tiba-tiba dengan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan, tangan saya cepat
bergerak menangkap celurit yang sangat tajam itu untuk saya tarik ke depan
dengan kedua tangan saya ini. Begitu terlepas dari celurit tajam itu, lalu
saya lari keluar dan dikejar oleh Paman. Puji nama Tuhan ! Tuhan Yesus
menghalanginya sehingga Paman saya tidak mengejarnya lagi. Saya memanggil
taksi, dan sopirnya bertanya kepada saya, "Mau dibawa kemana ?"
Saya bilang sama sopir taksi, "Tolong bawa saya ke rumah sakit mana saja."
Sementara darah terus mengalir membasahi pakaian saya, sambil memegangi
leher yang terluka dengan keadaan tangan saya yang juga hampir putus karena
menahan celurit yang tajam tadi. Selama di taksi saya berseru, "Tuhan, kalau
memang Engkau mau mengambil saya, ambillah Tuhan, jangan lama-lama."


 Taksi diarahkan ke rumah sakit Harapan Bunda di Pasar Rebo. Saya
dibawa masuk dengan alat dorongan, tapi dokter masih menanyai saya dengan
beberapa pertanyaan sebab dikiranya saya seorang penjahat yang jadi korban
pengadilan massa. Tapi Puji Tuhan, seorang perawat digerakkan oleh Tuhan
untuk melayani saya, dia membersihkan luka di leher dan di tangan saya. Dan
tak lama kemudian datang juga dokter tersebut dengan menjahit luka-luka
saya. Setelah dijahit dan saya mampu untuk duduk, mulailah dokter itu
kembali mengajak saya berbincang-bincang, kenapa dan apa yang terjadi dengan
saya.


 Saya menjelaskan bahwa Paman saya telah menggorok leher saya ini
karena saya telah menjadi seorang Kristen. Tak saya sangka-sangka dokter itu
juga marah dan mengatakan saya sudah menjadi Kafir. Lalu saya jawab semua
perkataan dokter tersebut dengan mempersilakan membaca beberapa ayat yang
ada di dalam Alquran seperti surah 46 Al-Ahqaaf ayat 30, Surat Az-Zukruf
ayat 61 dan Surah Al-Maa-Idah ayat 68, juga saya mengatakan bahwa saya
pernah belajar di Saudi Arabia selama tiga tahun bahkan saya bertemu dengan
Tuhan Yesus di Saudi Arabia bukan di Indonesia. Akhirnya, dokter tersebut
terdiam merenung. Untuk mengalihkan pembicaraan, sayapun bertanya, "Dokter,
berapa biaya yang harus saya bayar ?" Tetapi apa yang terjadi ? Ternyata
Tuhan bekerja luar biasa sekali, sebab dokter tersebut mengatakan tidak usah
dibayar bahkan saya diperbolehkan ke rumahnya. Saya mengucap syukur pada
Tuhan.
Keesokkan harinya saya menelepon orang tua di Jombang dan
menceritakan apa yang terjadi dengan diri saya, orang tua saya merasa kaget
sekali dan marah besar, saya dikatakan orang kafir, orang murtad bahkan
lebih dari itu mereka melarang saya mengakui sebagai orang tuanya lagi dan
juga termasuk semua saudara-saudara saya. Saya juga dilarang menginjak rumah
orang tua saya.
Belum sempat saya bicara lagi, telepon ditutup. Sejak saat itu hubungan saya
dengan orang tua serta saudara-saudara putus. Akibatnya, saya tidak mendapat
bantuan keuangan dan akhirnya saya tidak sanggup meneruskan pembayaran uang
kos.




"Gelandangan, Awal Pelayanan Saya"


 Dengan bermodalkan sebuah Alkitab dan beberapa lembar pakaian
mulailah saya tidur di Masjid-masjid, di stasiun-stasiun kereta api dan
tempat-tempat lainnya. Pertama sekali saya tidur di Masjid Baitul Falah
jalan Kramat Raya nomor 121 dan Masjid Istiqlal, lalu pindah ke Stasiun
Kereta Api Senen, Juanda dan Taman Lapangan Banteng. Kehidupan saya
benar-benar menjadi gembel dan gelandangan sering kali saya tidak makan
berhari-hari dan ternyata Tuhan tidak membiarkan saya.


 Suatu hari saya mendapat kabar dari seorang teman gelandangan juga,
bahwa ada satu tempat dimana di sana disediakan makanan gratis dari Tuhan
untuk orang-orang jalanan yaitu di rumah salah seorang dokter yang juga
sebagai Hamba Tuhan yaitu dokter Suradi Ben Abraham di jalan Proklamasi
nomor 47 Jakarta Pusat.


 Hampir setiap hari saya datang untuk makan dengan sepuasnya di sana.
Di samping itu, iman saya juga terus bertumbuh, diantara para gembel dan
gelandangan saya membentuk satu kelompok doa bersama mengambil lokasi di
Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat setiap hari Sabtu pukul 11.00 sampai
13.00 WIB. Waktu itu pertama kali dilayani oleh Team dari Doulos, tetapi
lama-kelamaan kami pun dapat melakukan pelayanan sendiri terhadap kelompok
doa kami sendiri.


 Pada suatu hari, seorang Hamba Tuhan melihat kelompok doa yang saya
pimpin dan menawarkan kepada saya untuk melayani penginjilan ke suatu desa
di Sukabumi Jawa Barat. Sejak saat itulah hingga sekarang Tuhan pakai saya
untuk memberitakan Injil di beberapa tempat.


 Demikianlah kesaksian saya, Tuhan memberkati. "Percayalah kepada
Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Kisah Para Rasul 16:31 )




************************************************************************




MENGAGUNGKAN PERNIKAHAN


Kisah Menyentuh, Silakan disimak…
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam,pak Eddy 58 tahun kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun.


Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari pak Eddy memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.


Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak Eddy tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.


Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,
pak Eddy sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya
setiap berangkat tidur.


Rutinitas ini dilakukan pak Eddy lebih kurang 25 tahun, dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati
mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih
kuliah.


Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak Eddy memutuskan ibu
mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.


Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin
sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak………bahkan
bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.


Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg
keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun
akan mengijinkannya.


kapan bapak menikmati masa tua bapak*
dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami
janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.


Pak Eddy menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka…”
“Anak2ku ……… Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk
nafsu mungkin bapak akan menikah……tapi ketahuilah dengan adanya
ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian..
Sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai
dengan apapun.


Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa
bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh
orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Eddy merekapun melihat butiran2
kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..dengan pilu ditatapnya mata
suami yg sangat dicintainya itu..*


Sampailah akhirnya pak Eddy diundang oleh salah satu stasiun TV swasta
untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada
Eddy kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah
tidak bisa apa2..


Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak
Eddy bercerita.


“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian )
adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia
sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan
bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..


Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu
merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya… sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit,,,”


"Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya." 1 KORINTUS 7 : 3


****************************************************




Pengakuan John Stone, Mantan Pendeta Mormon


John Stone adalah mantan anggota, bahkan pendeta ajaran
Mormon atau Church Of Jesus of Later Day Saints ( LDS ) selama kurang lebih 23 tahun. Ia menjadi pengikut Mormon sejak tahun 1973. Ia seorang yang sangat setia dan fanatik. Semasa menjadi pengikut Mormon, ia menganggap dirinya pintar dan penganut agama lainnya bodoh dan kafir. Ia senang berdebat dan banyak memenangkan jiwa untuk Mormon. Demi ajaran yang dianutnya ia rela bercerai dengan istrinya. Dalam kedudukannya sebagai seorang pendeta tinggi Mormon di Palmerston North, ia dimutasikan ke Ibukota Wellington melayani sebagai konsultan atau pembimbing pertama bersama dengan State Presiden Mormon. Bahkan sebagai sekretaris eksekutifnya. Jenjang karir
dan ketenarannya yang luar biasa di Mormon tak menjadikannya buta untuk melihat kebenaran di dalam Kristus Yesus. Saat ini, ia dan para mantan pengikut Mormon mendirikan sebuah persekutuan yang dinamakan:"Brethen" di Hawke’s Bay. Bagaimana kisah John Stone bisa menjadi pengikut Yesus, yang dulu dianggap sebagai saudara Lucifer, di bawah ini hasil wawancara POMMY PHANG Koresponden BULETIN di kediamannya : Flaxmere ( Kota Hasting ) Selandia Baru.

Anda sekarang sudah bertobat. Benarkah menurut anda Mormon itu ajaran sesat?

Hal tersebut, tentunya anda sudah tahu. Tahukah anda bahwa Mormon tak hanya ajaran sesat tetapi juga terkutuk. Ajaran mereka sangat merendahkan Tuhan Yesus, bahkan menganggap Yesus adalah saudara Iblis!

Bagaimana cara mereka sehingga membuat anda tertarik kepada Mormon?

Selain mereka setia datang berkunjung, mereka juga selalu memberikan
kesempatan pada saya untuk berpikir dan merenungkan arti hidup saya. Hal ini membuat saya tertarik pada ajaran mereka. Kesetiaan, kerajinan dan kesungguhan mereka itu benar-benar membuat saya simpati. Mereka berkorban sangat banyak untuk orang lain.

Bukankah orang Kristen di New Zealand ini juga banyak berkorban untuk orang lain?

Kalau orang Kristen NZ berkorban banyak dan mereka mempunyai Visi dan Misi yang jelas seperti mereka ( Mormon ), saya pikir pasti tidak akan ada banyak aliran sesat seperti sekarang ini dan Mormon pasti tidak akan sempat berkembang di New Zealand.

Oh ya, bagaimana cara anda bisa keluar dari ajaran sesat Mormon ?

Dulu saya berpikir bahwa saya seorang yang pintar, dan saya selalu mencoba untuk mempengaruhi dan membawa orang kepada ajaran Mormon. Suatu hari saya bertemu dengan seorang pemuda Kristen yang lahir baru dan ingin membawanya kepada ajaran Mormon. Dalam perdebatan dengan pemuda tersebut ia mengatakan bahwa terdapat banyak kontradiksi di dalam Kitab Mormon. Karena tidak puas
saya menyelidiki hal ini secara cermat dan benar saja. Saya mendapati banyak keanehan seperti yang dikatakan oleh pemuda itu. Nah, banyaknya keanehan dalam kitab Mormon membuat saya keluar dari ajaran tersebut. Saya anggap ajaran itu sesat dan terkutuk.

Kapan itu terjadi?

Secara resmi nama saya terhapus dari anggota Mormon tahun 1997. Namun, saya lahir baru dan percaya kepada Tuhan Yesus sejak tahun 1988. Untuk keluar dari ajaran Mormon tidak gampang dan peraturannya sangat bertele-tele. Untuk keluar saya harus menghadapi pengadilan Mormon.

Mormon juga percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab, bukan?

Yesus yang mana? Yesus dalam Alkitab? No..no.. No! Mereka percaya bukan kepada Yesus Kristus yang ada di dalam Alkitab. Mereka percaya pada Yesus yang lain yang merupakan saudara dari iblis. Mereka keterlaluan. Mereka terlalu berani dan terlalu jauh menafsirkan ayat-ayat suci Alkitab sesuai selera mereka.
Saya katakan sekali lagi: mereka terlalu jauh dan terlalu berani!

Kesulitan apa saja yang anda alami saat keluar dari Mormon?

Wow, banyak sekali. Tadi, kan saya sudah katakan bahwa saya harus menghadapi pengadilan Mormon. Terlalu bertele-tele dan rumit. Ketika saya mulai menulis di masmedia bahwa Mormon itu sesat dan tak sesuai dengan ajaran Alkitab, banyak yang memihak Mormon mengajak saya berdiskusi atau berdebat. Bahkan, berani-beraninya mereka menyebut saya Pengkhianat. Belum lagi teror melalui telepon di tengah malam saat saya sedang tidur.

Mereka meneror anda, bukankah mereka orang baik-baik?

Ya, benar, mereka orang baik-baik sebagai pemeluk agama lainnya. Ada yang fanatik, patuh, taat, toleransi dan ada juga yang tak mau tahu (Cuek). Ada yang fanatik tapi munafik. Namun, pada dasarnya mereka semua memang orang baik dan selalu rukun.Tapi, di mata mereka saya tetap saja seorang pengkhianat. Dengan kedudukan saya sebagai pendeta tinggi dan pembimbing pertama tentunya hal ini membawa dampak yang besar bagi ajaran dan struktur organisasi mereka.

Anda sekarang sudah bebas dari Mormon. Bagaimana cara anda mengajak mereka keluar dari Mormon?

Memang, agak susah. Banyak dari mereka, yang dulu saya ajak masuk Mormon, sudah banyak yang bertobat. Kami membentuk suatu persekutuan yang dinamakan " Brethen " dan membentuk satu tim PI yang dinamakan EMSG ( Ex- Mormons Support Group ). Tim kami hampir semuanya adalah bekas anggota Mormon. Kami menginjili orang - orang dengan kesaksian kami melalui majalah Kristen, koran, radio bahkan menerbitkan naskah Enaskah serta traktat untuk dikirimkan pada mereka yang masih di Mormon, simpatisan Mormon atau orang awam baik di New Zealand maupun luar negeri melalui media teknologi internet.

Pesan atau sharing Anda buat pembaca BULETIN?

Ujilah setiap ajaran, apakah berasal dari Allah atau bukan ? Bacalah Alkitab
dan berdoalah senantiasa karena akhir zaman sudah dekat. Dalam memahami Alkitab berilah kesempatan atau waktu untuk merenungkan ayat demi ayat.



************************************************************************




Suamiku Digondol Wewe Gombel
(Pemilik Toko Mas Regent Citraland Semarang)


Sebelum mengenal Kristus, saya dahulu adalah seorang pemuja berhala baikdirumah maupun di rumah-rumah ibadat kira-kira selama 35 tahun. Dalam kurunwaktu yang lama itu, saya telah membangun sekolah Budha di Ampel - Solo danrumah-rumah ibadah di desa-desa. Saya sendiri sekolah Budha di Taiwan, Bangkokdan Amerika. Namun selama 35 tahun itu saya belum pernah merasakan yang namanyahidup tenteram, masalah demi masalah silih berganti datang dalam keluarga besarkami. Karena saya anak yang paling besar maka semua masalah saya ikutmenanggung.


Karena begitu banyak masalah menimpa kami, akhirnya saya, ibu danadik-adik menjadi bingung, lalu saya mencari orang pinter / suhu dari luarnegeri. Dan oleh suhu itu dikatakan bahwa kuburan ayah saya yang sudahmeninggal 35 tahun yang lalu harus dibongkar. Katanya kalau tidak dibongkarmaka serumah bisa banyak yang meninggal. (Adik saya 10 orang, waktu itu adiksaya sudah 3 orang yang meninggal.


Paling kecil adik laki-laki umur 12 tahun, kedua umur 31 tahun dan terakhiradik saya umur 32 tahun mati karena bunuh diri).  Lantas saya bilangkepada ibu namun ibu tidak mengijinkan kalau kuburan ayah dibongkar. Lagi kataorang pinter itu, nanti anak perempuan yang nomor dua paling berat akhirnyasakit dan mati, habis itu berantakan. Ternyata anak nomor dua itu adalah saya.


Dan ketika ibu saya meninggal pada tahun 1992 akhirnya kuburan ayah jadidibongkar dan tulang-tulangnya diambil, dibakar sekalian ibu saya. Ternyataomongan suhu itu bohong. Dia mengatakan kalau kuburan ayah sudah dibongkarhidup keluarga kami jadi bahagia. Nyatanya setelah itu saya malah jatuh secaraekonomi, setelah itu suamiku digondol oleh "we-we gombel"


(perempuan yang saya perkenalkan kepada suamiku tapi saya sendiri tidak mendugakalau akhirnya dia merebut suamiku.(Ternyata dia main dukun). Padahalsebelumnya keluarga saya bahagia sekali, kami hidup berkeluarga sudah selama 30tahun dan tidak pernah suamiku menyeleweng, tapi sesudah itu dia malah bisamenyeleweng dan setengah tahun kemudian anak laki-laki yang paling saya cintaipergi dengan membawa uang saya sampai habis.


Setelah suami dan anak meninggalkan saya, saya mengalami kepahitan hidup yangluar biasa dan saya tidak bisa terima semua itu. Hingga suatu waktu pada bulanJuni 1997 saya dinyatakan dokter bahwa saya punya penyakit kanker paru-parusudah stadium 4 dan dokter mengatakan hidup saya paling lama tinggal setengahtahun. Mendengar itu saya langsung tidak terima lalu


saya berusaha mencari orang pinter lewat Gwamya (ramalan lihat nasib) dandisitu tertulis bahwa nasib dan hidup saya berakhir tahun 1997. Sampai sayabilang mau bayar berapa pun asal disiswaki (ditolak). Suhu itu mengatakan,bahwa tidak sanggup karena setan-setan memang mau kamu mati. Kamu sudah diikattangan dan kakimu. Pada waktu itu saya mendengar ada ada suhu perempuan dariJakarta yang datang. Karena saya tidak  menerima ramalan nasib saya, suatumalam meskipun sakit saya berusaha menemui dia. Begitu melihat kartu, diamengatakan "Aduh gelap sekali. Tetapi kalau ada kemujizatan yang luar biasa kamu baru bisa ditolong.




Mendengar dua suhu mengatakan begitu saya bingung. Sesampainya di rumah badansaya kaku semua (kram) sampai saya merangkak-rangkak tidak bisa bangun. Mendengar saya begitu, lantas adik saya dari Hongkong menelepon pembantu supayamengirim obat kepada  saya, obat itu obat spesial penawar racun. Biasanyadi minum 3 sendok saja, karena saya bingung saya langsung glek...glek... habissetengah botol.


Setelah minum obat itu saya dapat bergerak-gerak. Setelah itu saya diajakberobat keSingapura, pikir adik-adik saya siapa tahu dokter di Semarang salahmendiagnosa.  Ternyata dokter di Singapura bilang lebih gawat, dia bilang"Aduh bu... sudah terlambat begini, sudah stadium empat dan limpa kebawahsudah kena, lha bagaimana ini ?". Dia pun menyatakan tidak sanggup.Sebetulnya saya merasakan sakit itu sudah lama cuma saya tidak tahu.


Suatu waktu pada akhir tahun 1996 tiba-tiba saya tidak dapat jalan laludipijat-pijat sehingga akhirnya bisa jalan. Dan mulai bulan Januari 1997 sayasudah sering muntah. Waktu saya periksa, yang dilihat maag-nya, dikira maagsaya kena tapi ternyata maag saya tidak apa-apa. Bulan April-Mei saya mulaibatuk dan dokter mengatakan tidak apa-apa katanya paru-parunya bagus.Hinggabulan juni saya di ronsen, tahu-tahu kelihatan fleknya sudah besar-besar danpinggir-pinggir kanan kiri seperti mercon yang jumlahnya puluhan.  Doktermengatakan tidak sanggup.


Waktu dokter di Singapura juga mengatakan tidak sanggup namun dia mengatakanakan mencoba untuk mengobatinya. Kata dokter : saya akan coba obati. Ini adaobat baru, harganya memang mahal dan kemungkinan berhasil 40% tetapi kalau adakemujizatan tidak tahu. Saya akan coba suntikkan tapi sakit sekali dan kalausudah disuntikkan, ibu 1 minggu tidak bisa makan, badan rasanya sakit sepertidiiris-iris. Lantas ibu muntah-muntah dan mesti disuntik darah putih, belumlagi dikemoterapi.


Benar juga kata dokter, waktu dicoba disuntikkan lewat tangan sakitnya bukanmain, sampai 10 kali dicoba disuntikkan namun tidak bisa masuk sampai sayaberteriak-teriak, akhirnya disuntikkan lewat pelipis saya dan reaksinya punsama seperti yang dikatakan dokter tadi.


Ketika hendak pulang dari Singapura, di Airport saya bertemudengan famili suami. Saya lalu saya panggil-panggil dia dengan suara yang sudahhilang namun dia diam saja hanya memandang dan tidak tahunya dia sudah tidakmengenali saya lagi sampai saya menulis nama saya.


Lantas dia terkejut : "Lho kamu kok seperti drakula"  (memangwaktu itu muka saya jadi hitam dan bungkuk) lalu saya cerita semua masalahsaya. Dia bilang: "Kamu bagaimana to, suamimu hilang, anak pergi denganmembawa uangmu sampai habis. Coba sekarang kamu mau tidak, hidup di dalam Tuhan?" (padahal dia dulu juga penyembah berhala). Saya menjawab :"Walah...orang Kristen itu fanatik dan senangnya bujuk-bujuk orang".;Tapi dia sungguh mengasihi saya luar biasa. Waktu di Airport saya muntah-muntahdia menolong dan kaki saya dipijit-pijit sambil dia cerita tentang Tuhan Yesus.


Sampai di rumah (Semarang) saya masih tidak bisa bangun karenamuntah-muntah dan dia setiap hari datang ke rumah saya. Waktu ke rumah diaterkejut karena melihat rumah saya patungnya 150 buah sampai seperti Kelenteng,dan baunya tidak karuan sampai dia merinding seperti ada setannya. Walau begitudia datang terus sambil terus menginjili saya. Setelah di rumah 2 minggu badansaya sudah mulai enak maka ketika saya diajak ke Gereja saya mau dan diGerejasaya didoakan oleh bapak Pendeta, saya bisa menangis sesenggukan tetapi sayamasih belum puas. Malamnya jam 24:00 WIB saya masih sembahyang pakai hio danjam 02:00 juga.


Pada suatu pari jam 06:00 ada orang telepon, dia bilang kepada saya :"Cik... gimana ini, suamiku sakit, mau ke Rumah Sakit saja tidak punyauang. Bagaimana Cik, aku bingung". Mungkin dia mau pinjam uang atau bagaimana;
saya tidak tahu. Lantas saya bilang : Lis, Lis... kamu kok nangis sama aku. Akusaja mau mati, sekarang saja aku di rumah sendirian, suamiku pergi, anakku yangtinggal serumah tahu kalau aku muntah-muntah darah saja nggak mau nengok.Sekarang suamimu bagaimana ya saya nggak tahu. Kamu tahu nggak Lis, aku kenakanker dan dokter bilang umurku tinggal setengah tahun, sudah tidak adaharapan. Aku pasti mati!" 


Mendengar itu dia bilang : "Aduh cik, kamu mau nggak saya perkenalkandengan seorang hamba Tuhan? Dia dipakai Tuhan secara luar biasa, namanya ibuElisabet.  Kalau mau sungguh cik, pasti kamu dijamah".
Saya langsung tergerak dan saya berdoa : "Tuhan Yesus kalauini memang rencanaMu, kalau betul Engkau mau menolong saya, saya akan sembuhdan ada mujizat  Allah". 


Waktu itu saya telepon ibu Elisabet, dia bilang tidak bisa karenasedang ditunggu tamu 10 orang dari luar kota. Saya berdoa : "Tuhan kalau ada mujizat sekrang pertemukansaya dengan ibu Elisabet". Eh tahunya Lisa telepon bilang : "Cik, puji Tuhan ! IbuElisabet mau menemui kamu, sekarang tunggu aku mau jemput kamu".


Sesampai di sana Ibu Elisabet cuma bilang begini :  "Tacik tahu,Tuhan Yesus itu siapa ?
Saya bilang tidak tahu" ... Tuhan Yesus itu 2000 tahun yang lalu disalib untuk menebus dosa-dosaTacik. Dosa Tacik itu banyak, sekarang sudah ditebus Tuhan Yesus. Kamu mauseperti Tuhan Yesus ? mengasihi, mengampuni. Kamu sudah diampuni Tuhan Yesus,sekarang kamu mau tidak mengampuni suamimu, perempuan yang merebut suamimu dananakmu yang meninggalkan dan mengkhianatimu ?  Dan kalau kamu maumengampuni mereka, kamu diampuni Tuhan Yesus. Waktu itu saya bilang mau, lalusaya didoakan dan ditumpangi tangan dan saya bisa seperti kesetrum, padahaldulu waktu saya di doakan di Gereja saya tidak bisa begitu. Saya langsung jatuhpingsan setelah saya sadar saya menangis sambil memegang rok Ibu Elisabet danbeliau bilang: "Tacik pasti sembuh".


Berhubung Ibu Elisabet sudah tidak ada waktu, saya pulang danbesoknya saya diminta untuk datang lagi dan  dilayani setiap hari. Suatusaat Ibu Elisabet menanyakan: "Cik, katanya  rumahnya ada patungnya100 lebih? Kalau  Tacik sudah terima Yesus, patung-patung itu harusdibersihkan  dari rumah. Tuhan Yesus tidak mau  campur dengan barang-barangseperti itu. Saya bilang ya. Sekarang Tacik  saya doakan dulu, sayalepaskan, siapa tahu banyak kuasa gelapnya. Waktu saya didoakan kepalasaya  pusing dan setelah Ibu Elisabet pulang  saya masuk kamar laluingin muntah dan begitu masuk  dikamar mandi saya seperti ditendang sampaisaya terpental jauh, dan muntah-muntah sampai banyak, keluarnya hitam mungkin itu karena kuasa kegelapan. Kan dulu setiap diberi apa saja saya makan,maksudnya biar  cepat sembuh. Saya masih sering kontrol ke Singapura danwaktu saya akan pulang saya ketemu lagi dengan Bapak Pendeta  waktu sayadidoakan di Gereja. Beliau juga lupa-lupa ingat dan beliau bilang: "Kamujangan takut karena kamu dalam Tuhan. Paru-parumu sudah diganti oleh TuhanYesus karena Tuhan Yesus punya banyak spare-parts di gudang. Makanya kamu asuransikan jiwamu".
Lha saya malah tanya: "Asuransikan dengan siapa, Pak?".
Dengan Tuhan Yesus malah tidak usah bayar".


Sepulang dari Singapura oleh Ibu Elisabet saya disuruh baptis.Saya pikir, orang saya kenal Tuhan Yesus baru 10-15  hari kok sudahdibaptis. Lagi pula semua adik-adik belum di dalam Tuhan.  Lha nanti kalausaya dibaptis lantas saya diasingkan bagaimana? Tapi Ibu Elisabet bilang:"Jangan takut, Tuhan Yesus itu Bapa yang mengasihi dan kami semua inisaudaramu. Kalau kamu sudah dibaptis berarti kamu sudah dimaterai dengan TuhanYesus, Setan tidak berani mengganggu kamu". Lalu saya berpikir dan sayamau. Ketika hendak dibaptis saya cerita kepada adik-adik saya dan merekabilang: "Sudah Cik, kamu ikut Tuhan Yesus saja dan cepat dibaptis daripada kamu mati".  Rupanya adik-adik saya takut semua kalau sayamati".


Usai dibaptis saya tidak pulang ke rumah tapi saya langsung ikutretret diTawangmangu ikut KKR bersama Ibu Agnes Maria. Di situ saya benar-benarmerasakan urapan Allah bekerja atas diri saya. Saya menangis sampai 3 jam,badan saya menggigil sekali dan saya merasakan kuasa  Tuhan mengalir dalamtubuh saya ketika semua hamba Tuhan berdoa buat saya. Sepulang dariKKR,besoknya saya  kembali ke Singapura untuk ketiga kalinya, sayamembayangkan dan takut disuntik. Begitu mau disuntik saya minta waktu berdoalebih dulu dan  suster-suster juga mau menunggu. Saya berdoa (karena sayasudah diajari berdoa oleh Ibu Elisabet bila mau disuntik): Tuhan Yesus, bukanobat-obatan yang masuk melainkan  bilur-bilurMUlah. Tuhan pakailahdokter-dokter untuk menyembuhkan saya. Kalau Tuhan benar-benar mau menolong,umur saya tinggal  setengah tahun biarlah itu saya terima, yang pentingsaya sudah mengenal Engkau. Dan kalau Engkau memberi umur panjang kepada saya,berilah saya hidup yang penuh sukacita dan saya  mau menjadi saksiMu danmelayani Engkau.


Selesai berdoa saya sungguh merasakan keajaiban Tuhan, begitu disuntik jarumitu dapat masuk padahal  biasanya sampai 5-6 kali dan yang aneh lagi biasanyasetelah disuntik saya muntah-muntah sampai satu minggu sekarang saya tidakmuntah-muntah dan langsung bisa makan, sudah tak  perlu disuntik darahputih lagi. Ketika dokter bilang : "Bu, coba sekarang di CT


Scan. Setelah discan dokter sampai terkejut karena kanker yang dulu sebesar 10Cm itu sekarang tinggal separuh. Dan dokternya sampai  memberi selamat danmerangkul saya. Mendengar itu saya turun langsung menangis sambil bersujudmenyembah Yesus sampai dokter bingung lalu saya cerita kalau saya berterimakasih kepada Tuhan yang sudah  menyembuhkan saya dan sekarang sayaberusaha untuk setia ke Gereja, di mana pun ada KKR saya ikut. Dan saya sudahmemaafkan anak saya meski harusnya dia yang meminta maaf kepada saya tetapidalam Tuhan tidak harus begitu bahkan saya minta maaf  kepada dia, kepadasuami pun saya sudah maafkan, kalau dulu saya masih tetap berusaha supaya suamikembali, tetapi sekarang saya hanya berdoa, kalau Tuhan benar-benar sudah sadarkan suami saya, saya pun  mau menerima dia kembali tapi kalau belumsadar dan tidak mau hidup dalam Tuhan buat apa? Bisnis dan keuangan saya pundijamah oleh Tuhan


Sebelumnya saya diminta balik untuk kontrol ke  Singapura namun saya tidakmau malahan saya daftar ikut tur ke Israel. Kata teman saya kalau saya keIsrael saya harus naik ke Gunung Sinai karena di Gunung Sinai ada mujizat.Pernah orang naik dengan bawa infus dan tabung oksigen, baru keluar dari Rumahsakit, turun dari situ  tabungnya dibuang dan bisa langsung sembuh. Karenacerita itu saya pun ingin.  Tiba di sana pukul 24:00 dan tidak tahunyasaya  muntah-muntah, saya bingung padahal jam 1:00 akan naik ke GunungSinai. Ada  orang yang sarankan supaya saya tidak usah naik, Bapak Gembalasendiri juga takut kalau nanti saya mati di perjalanan, bagaimana nanti omonganorang karena saya dulu orang klenteng sekarang kenal Tuhan baru 3 bulan malahmati di jalan. Tapi saya sudah bertekad, apapun yang terjadi saya harus naik keGunung Sinai, mati juga biar. Dan sebelum itu saya minum wedang jahe dulu supayatubuh saya hangat.


Dengan digandeng oleh Ibu Gembala saya naik sambil berdoa danmemuji Tuhan terus. Gunung Sinai tingginya kira-kira 650 trap. Dari kaki gunungnaik 300 trap saya naik onta, lalu selebihnya saya jalan sambil merangkakkarena jalannya berbatuan. Padahal kalau dilihat pada siang hari pasti ngerikarena ternyata kanan kiri itu jurang. Sampai di atas saya tersungkur danmenangis dengan penuh syukur memuji Tuhan, sampai 5 jam baru turun ke bawah..Pulang dari Israel saya sudah terlambat 2 bulan untuk kontrol ke Singapura,lalu saya periksa ke sana dan dokter kaget luar biasa karena kanker saya sudahhilang sama sekali. Saya betul-betul merasakan keajaiban Tuhan dan sayabersyukur telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Sekarang untuk membalaskasih Tuhan saya melayani pekerjaan Tuhan dan bersaksi bagi Tuhan.










************************************************************************








MUJIZAT TERBESAR TERJADI DI MESIR.....GUNUNG MOKATTAM BERPINDAH SEJAUH 3 KM


Siapa tidak menyangka kota Cairo Mesir menerima mujizat Tuhan yang terbesar dimana Pegunungan Mokattam bagian Timur Cairo berpindah sejauh 3 (tiga) kilo meter kesebelah barat,
berikut simak ceritanya :






PEGUNUNGAN MOKATTAM


Pada abad 10M, Mesir berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan dari sekte Fatimiyah yang menyebarkan agama baru, Islam, di Mesir dimana penduduknya waktu itu beragama Kristen Koptik dengan pusat keagamaan (Patriarchate) berada di Alexandria dan dipimpin oleh Patriarch (sejajar dengan posisi Paus di Vatican, Roma) bernama Abraam.


Khalifah Fatimiyah pertama yang memimpin bernama Al-Muizz. Khalifah ini sedang memperbesar kekuasannya dengan mambangun sebuah kota baru di tanah Mesir dan Khalifah ini juga senang mengundang agama-agama lain yang ada di Mesir untuk berdebat, dan Khalifah orang yang sangat fair dan sangat menghargai ajaran agama-agama lain seperti Kristen dan Yahudi.


Ada orang yang tidak senang dengan kedatangan Khalifah yaitu Ibnu Killis. Sebelum Mesir jatuh ke tangan Khalifah, jabatan Ibnu Killis saat itu adalah sebagai Gubernur. Namun dengan datangnya Khalifah menguasai Mesir, maka Ibnu Killis pun mencoba untuk menyelamatkan diri dan jabatannya, dengan cara ikut membantu melancarkan dan menyukseskan proses penguasaan Mesir ke tangan Khalifah. Bahkan untuk merebut hati sang Khalifah, dia tidak segan-segan merubah kepercayaannya dari seorang pengikut Kristus (Kristen Koptik) menjadi seorang Muslim (Islam).


Ibnu Killis memberi tahu kepada Khalifah bahwa ada ayat di kitab orang Kristen di Perjanjian Baru InjilMatius 17:20 yang berbunyi : ‘Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu’.


Sang Khalifah memanggil Patriarch Abraam bi zara untuk meminta konfirmasi atas ayat tersebut. Patriarch datang dan membenarkan adanya ayat tersebut seperti yang tertulis dalam injil Matius 17:20 pada Alkitab Perjanjian Baru. Lalu sang Khalifah meminta kepada Patriarch untuk membuktikan kebenaran ajaran iman Kristen seperti apa yang tertulis dalam ayat tersebut. Apabila tidak berhasil membuktikannya sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat tersebut, maka seluruh umat Kristiani di Mesir akan mendapatkan 3 macam ultimatum yaitu: pertama, seluruh umat Kristiani di Mesir harus meninggalkan ajaran Iman Kristennya dan berpindah agama sebagai pemeluk agama Islam; kedua, apabila tetap mempertahankan keimanan Kristennya, maka umat Kristen harus berpindah keluar dari tanah Mesir ke daerah/ negara lainnya; ketiga, apabila (1) dan (2) tidak dipenuhi, maka umat Kristen akan langsung berhadapan dengan pedang! Ini sama artinya dengan kematian bagi orang-orang Kristen Koptik!


Sang Patriarch langsung berdoa dan meminta kepada TUHAN untuk membimbingnya dalam menghadapi masalah tersebut. Setelah selesai berdoa, sang Patriarch kemudian meminta waktu tiga hari untuk menjawab sekaligus membuktikan kepada sang Khalifah atas kebenaran ajaran Iman Kristen.


Sang Patriarch lalu bergegas meninggalkan sang Khalifah dan pergi ke Gereja Al-Mu’allaqah/ Gereja Gantung (Hanging Curch) di Babylon (sekitar daerah kota Kairo lama). Gereja ini dipercaya sebagai tempat tinggal Keluarga Kudus selama pelarian mereka ke tanah Mesir dari kejaran Herodes (Matius 2:13-14, 19). 


Patriarch kemudian mengumpulkan para Bishop, pembantu Bishop, dan para biarawan, serta menyerukan kepada seluruh umat kristiani di Mesir untuk mulai saat itu juga berdoa dan berpuasa selama 3 hari ke depan. “Kita harus berdoa dan berpuasa selama tiga hari ini agar supaya Tuhan memberikan ampunan dalam kemegahanNya dan memberikan petunjukNya untuk menghadapi masalah ini”.


Tepat saat fajar mulai menampakkan sinarnya di ufuk Timur pada hari ketiga, yaitu hari yang dijanjikan Patriarch untuk menjawab permintaan sang Khalifah, Patriach Abraam bi zara  mendapatkan mimpi berjumpa dengan Bunda Maria yang menyarankan untuk menemui seseorang di dekat jembatan besi. Patriarch bergegas menjumpai orang tersebut yang ternyata adalah seorang yang cacat mata (hanya tinggal satu mata saja yang masih bisa digunakan) bernama sant.Simon, profesi beliau adalah penjemur kulit binatang di perusahaan penyamakan kulit.


sant.Simonn terkejut atas mimpi Patriarch Abraam bi zara yang justru menyatakan bahwa dari dirinyalah “jawaban atas persoalan hidup matinya orang-orang Kristen Koptik Mesir ditentukan”. Padahal dia sendiri berpendapat bahwa dirinya adalah orang yang tidak layak dihadapan Tuhan karena banyaknya dosa yang telah dia lakukan dalam seluruh kehidupannya. Namun sang Patriarch tetap bersikukuh atas pesan yang dia dapatkan tersebut, sehingga akhirnya  sant.Simon luruh hatinya. Kejadian yang aneh tiba-2 terjadi pada diri sant.Simon yang seolah-olah mendapatkan jawaban dari sorga tentang persoalan tersebut. Sant.Simon kemudian meminta syarat kepada sang Patriarch agar apa yang sudah terjadi saat itu, tidak boleh diketahui oleh siapapun selama masa hidupnya. Sang Patriarch menyetujui syarat yang diminta sant.Simon.


Patriarch lalu memberitahu sang Khalifah bahwa dia telah siap menjawab permintaan sang Khalifah dan mengundang Khalifah untuk pergi ke sisi timur dari gunung Muqattam. Patriarch membawa serta seluruh bawahannya serta seluruh jemaat (termasuk sant.Simon sang penjemur kulit) berjalan ke arah gunung tersebut, sementara sang Khalifah berangkat bersama beberapa pembantu terdekatnya termasuk Ibnu Killis, Moses rekannya orang Yahudi, serta Ibnu Mina dan seluruh prajuritnya bergerak ke arah sisi lain gunung menempati posisi yang saling berhadapan dengan rombongan sang Patriarch.


Setelah semua kelompok sudah berada pada posisi masing-masing, sang Patriarch memulai upacara keagamaan diawali dengan sakramen kudus, lalu berkumandanglah “KYRIE ELEISON… KYRIE ELEISON…!” ( TUHAN kasihanilah kami… TUHAN kasihanilah kami…!) berkali-kali yang diserukan dengan keyakinan iman yang penuh dan teguh! Begitu kuatnya keyakinan para pengikut Kristus sehingga sanggup menghadirkan suasana yang begitu kudus.


Setelah 400 kali  ‘Kyrie Eleison’ dikumandangkan ( 100 kali menghadap timur, 100 kali mengadap barat, 100 kali menghadap utara dan 100 kali menghadap selatan ), suasana hening kembali untuk beberapa saat, lalu seluruh umat Kristus melakukan sujud sejenak kemudian bangkit berdiri dan sang Patriarch memberikan tanda salib ke arah gunung. Pada saat itulah keajaiban terjadi! Gunung tiba-tiba bergerak terangkat dari permukaan tanah sehingga sinar matahari bisa terlihat dari celah-celah antara dasar gunung yang terangkat tersebut dengan permukaan tanah!  Kemudian mereka berdoa terus..... dan pegunungan timur Mochatam berpindah kesebelah barat dengan jarak 3 kilo meter dari Kota Cairo.


Sang Khalifah dan para pengikutnya menjadi terbelalak, takjub, dan sangat ketakutan menyaksikan keajaiban yang sedang berlangsung tersebut. Sang Khalifah langsung berteriak sekuat tenaga mengucapkan ‘Allah Maha Besar; Puji syukur atas namaNya’ dan langsung pergi menuju tempat Patriarch dan umat Kristus, meminta Patriarch untuk menghentikan apa yang sedang Patriarch dan umat Kristus lakukan, karena kuatir terhadap kota yang sedang dibangun akan hancur total akibat goncangan gempa yang ditimbulkannya.


Setelah semuanya kembali tenang, sang Khalifah kemudian mengaku ke Patriarch Abraam: “Anda sudah membuktikan kebenaran Iman Kristen Anda!”. Setelah itu, Khalifah dihinggapi dengan rasa takut dan memeluk hangat Patriarch Abraam dan ini adalah awal baru bagi persahabatan yang baik di antara mereka.


Setelah Kalifa ini melihat mujizat Tuhan maka Ia merasa bahwa pekerjaannya yang Ia geluti selama ini tidak ada artinya dihadapan Tuhan, akhirnya Ia menyerahkan dirinya untuk mengikuti Tuhan, kemudian hari berikutnya dia dibaptis menjadi orang kristen dan namanya berubah menjadi Stefanus. Untuk menghindari protes orang lain maka Stefanus pindah ke padang gurun.


Cerita ini telah tercatat dalam sejarah bangsa Mesir dan bahkan menceritakan mengapa sampai Kalifa pindah ke padang gurun dan sampai mati melayani Tuhan.
Kalifa yang menjadi Stefanus dikuburkan di antara jalan Cairo dan Alexandria yang lokasinya disebut Aldi Allmakrun tetapi ada juga yang mengatakan bahwa tulang belulangnya dipindahkan ke Gereja Gantung / Al-Mu'allaqah (Hanging Curch) di Babylon (sekitar daerah kota Kairo lama) tetapi tidak ada dokumen yang menceritakan dengan jelas.


Menakjubkan bukan ? Ada sebuah gunung yang bernama gunung Mokattam di Mesir yang bisa berpindah posisinya sejauh 3 km .  Sebab tidak ada yang mustahil bagi orang percaya ! Amin.




atau versi cerita lainnya seperti ini :


Sekiranyanya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi dapat memindahkan gunung (Matius 17 : 20).


Ayat tersebut seringkali diartikan dalam arti kiasan, tetapi hal ini pernah terjadi secara nyata di Kairo Mesir.
Jika kita menghadapi masalah, pasti Tuhan akan memberikan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.


Seorang Khalifa Mesir pada Abad 10M atau tepatnya pada tahun 979 Masehi, namanya Kalifah AL-Mui'z Li Din Allah (nama tersebut mempunyai arti pengelola/ pembela agama Allah, dalam hal ini Islam) bertemu dengan Pastor bernama  Abraham bi Zara,.......
Khalifa tersebut langsung bertanya kepada Pastor tersebut katanya : “bukankah dalam Alkitab tertulis jika iman mu sebesar biji sesawai dapat memindahkan gunung ?”,langsung dijawab oleh Pastor Abraham bi Zara : “Ia ..."
dan Apakah Engkau percaya dengan Alkitab mu, dijawab Pastor: “Ia...”
dan Ia bertanya kepada Pastor lagi : “apakah engkau percaya bahwa dapat memindahkan gunung ?”
dan dijawab Pastor : “Ia..."


Khalifa langsung bukan meminta tetapi menyuruh Pastor ini untuk memindahkan gunung, dan Khalifa menunjuk gunung Mokattam disebelah Timur Kota Cairo untuk pindahkan gunung itu...ke sebelah barat...dan dijawab oleh Pastor bahwa “Kami tidak dapat berbuat apa-apa tanpa campur tangan dan pertolongan dari Tuhan...."
Kemudian Kalifa menjawab dengan ancaman bahwa : “baiklah saya memberikan kamu kesempatan 3 (tiga) hari saja untuk memindahkan gunung Mokattam ini jika tidak maka risikonya semua orang Kristen di Cairo akan dibunuh.


Anda bisa bayangkan sesuatu yang mustahil harus segera terjadi dan nyawa sebagai taruhannya.


Dengan segera Pastor mengumpulan seluruh jemaatnya untuk berpuasa 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam bahkan termasuk ternak mereka juga harus berpuasa. Dan akhir dari hari yang ketiga tersebut, Malaikat Tuhan menampakan dirinya dan berkata kepada Pastor itu “Kamu jangan takut, gunung itu pasti akan pindah”, caranya Pastor harus mengundang Khalifa tersebut dan menemukan seseorang yang hanya mempunyai satu mata saja yang sedang membawa keranjang air dan dia orangnya sangat baik dan beriman.




Pertanyaannya, kenapa harus mencari dan mendapatkan orang buta yang ternyata memiliki namasant.Simon ?
Kisah sant.Simon ini dikenal berhati mulia, mengapa matanya cuma satu, ternyata sant.Simon menterjemahkan Alkitab secara harafiah : “kalau matamu merusak engkau maka harus dicungkil dari pada tubuh mu masuk neraka”. Menurutnya Ia melakukan dosa, yang mana Dia tukang Sol sepatu dengan tidak sengaja tunduk melihat aurat wanita, akhirnya sant.Simon mencungkil satu matanya.


Disamping kerja tukang sol sepatu, dia juga membawa keranjang air, bekerja membantu orang miskin, orang lemah untuk distribusi air sungai nil. Karena ia berhati mulia maka ia dipilihTuhan untuk mendampingi Pastor Abraham bin Zara untuk saksi mujizat terbesar ini.
Selanjutnya hari keempat setelah berpuasa, Abraham bin Zara beserta sant.Simon membawa Khalifa didaerah pegunungan tersebut, tiba pegunungan tersebut mereka berdoa selama 3 jam dan meneriakan ‘Kyrie Eleison’ ‘Kyrie Eleison’ dalam bahasa Yunani yang berarti ‘Lord, have mercy’ atau ‘Tuhan, kasihanilah kami’ sebanyak 400 kali dan mujizat terjadi, pegunungan sebelah Timur itu terangkat dan matahari berada ditengah dasar berpijak, kemudian mereka berdoa terus dan pegunungan timur Mochatam berpindah kesebelah barat dengan jarak 3 kilo meter dari Kota Cairo, dan selanjutnya si Kalifa Almu’iz berkata “stop-stop” aku telah melihat bagaimana tangan Tuhan Allah mu yang punya kuasa bekerja....."




Setelah Kalifa ini melihat mujizat Tuhan maka Ia merasa bahwa pekerjaannya yang Ia geluti selama ini tidak ada artinya dihadapan Tuhan, akhirnya Ia menyerahkan dirinya untuk mengikuti Tuhan, kemudian hari berikutnya dia dibabtis menjadi orang kristen dan namanya berubah menjadi Stefanus. Untuk menghindari protes orang lain maka Stefanus pindah ke padang gurun.


Cerita ini telah tercatat dalam sejarah bangsa Mesir dan bahkan menceritakan mengapa sampai Kalifa pindah ke padang gurun dan sampai mati melayani Tuhan.


GEREJA GUA BATU SANT SIMON


Orang – orang Kristen yang bekerja sebagai pengumpul sampah, dikumpulkan Presiden Mesir Gamal Abdul Naser sejak tahun 1961 di tempat Gua Batu ini. Mereka ternyata hanya orang Kristen KTP hanya dari namanya saja orang Kristen, mereka tidak tau apapaun tentang Alkitab dan Tuhan Yesus, dan seseorang pengumpul sampah ini datang dari suatu tempat untuk mengumpul sampah, nama tempatnya disebut Sugra....orang Sugraitu bertemu seorang Kristen, dan orang ini bertanya kepada pengumpul sampah ini katanya : apakah engkau kristen, dijawab: ya... apakah engkau berpuasa dan mengikuti ibadah gereja, dan dijawab: oh..tidak, saya tidak melakukan hal itu.
Karena penasaran maka orang Sugra ini datang ketempat pegunungan ini mencoba mengajarkan kekristenan dan hal baik tentang ajaran-ajaran Tuhan Yesus, namun mereka tidak berubah dan akhirnya orang Sugra tersebut merasakan bahwa percuma mengajarkan kepada mereka dan dia memutuskan untuk tidak datang lagi ketempat ini, namun Tuhan megetuk hatinya agar jangan berhenti mengajar di tempat ini, kata Tuhan kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu sampai selesai dan akhirnya ia menjadi pendeta ditempat ini namanya adalah pendeta Simon Abraham.


Pada saat membangun gua ini terjadi mujizat : ada satu orang anak tergilas truk proyek ini dan sudah pasti risikonya proyek ini akan ditutup karena dapat membahayakan keselamatan pekerja dan anak-anak sekitarnya, namun pendeta tsb berdoa bersama jemaat dengan sunggguh sungguh selama 7 hari dan akhirmya kepala anak tersebut tersambung kembali dan sampai sekarang anak itu masih hidup.


Jadi tenyata mujizat itu terus ada dan banyak mujizat disini terjadi, yang lumpuh bisa berjalan, yang buta bisa melihat sehingga disatu kamar sebelah kiri pintu masuk terlihat banyak kursi roda yang disimpan disana sebagai bukti mujizat telah terjadi, kira-kira sudah 200 kali mujizat terjadi...


Ada mujizat lain disini yakni pada langit-langit gua gereja Sant. Simon tanpa dipahat secara alami mereka menemukan relif lukisan Bunda Maria sedang menggendung Putra Allah Yesus Kristus.
  
Jadi ternyata kita datang kesini bukan kebetulan tetapi semua rencana Tuhan untuk menyaksikan mujizat terbesar yang terjadi di gereja terbesar di negara Mesir.
Sampai hari ini, apabila anda berkunjung Ke Cairo Mesir, anda dapat menemukan saksi bisu dari kejadian ini di Gereja Sampah. Disebut orang gereja sampah, karena gereja ini terdapat di dekat tempat pembuangan sampah.


Pada tahun 1980 para orang Cairo Mesir mulai memotong batu untuk melebarkan tempat Gereja, kira-kira sebanyak 1,5 ton batu dipotong sehingga menjadi gua lorong yang besar, setelah 13 hari bekerja mereka mulai mengadakan kebaktian di tempat ini. Tempat ini ternyata merupakan Gereja terbesar di Mesir dengan kapastitas 15.000 sampai dengan 17.000 orang.









************************************************************************









No comments:

Post a Comment