Home

KARAKTER KEPEMIMPINAN  KRISTEN


J. Oswald Sanders dalam buku “Kepemimpinan Rohani” ,mendaftarkan  beberapa  pertanyaan untuk mengukur diri apakah kita memiliki sifat kepemimpinan yang baik, yaitu: 

1. Apakah anda pernah menghentikan satu kebiasaan yang buruk? 
2. Apakah anda dapat mengendalikan diri kalau terjadi kesulitan? 
3. Apakah anda dapat berpikir sendiri? 
4. Dapatkah anda menerima kritik secara obyektif dan tetap tidak goncang karenannya? 
5. Dapatkah anda memanfaatkan kekecewaan secara kreatif? 
6. Apakah orang lain bersedia bekerjasama dengan anda dan apakah mereka menaruh hormat dan kepercayaan kepada anda? 
7. Apakah anda memiliki kemampuan untuk mewujudkan disiplin tanpa harus menunjukkan kekuasaan? 
8. Apakah anda memenuhi syarat untuk menerima ucapan bahagia dalam Khotbah di Bukit mengenai seorang pendamai? 
9. Apakah anda dipercaya untuk menanggulagi situasi yang sulit dan peka? 
10. Dapatkah anda mengajak orang melakukan suatu yang biasanya tidak mau mereka melakukan? 
11. Dapatkah anda menerima tentangan terhadap pandangan atau keputusan anda tanpa memandang hal itu sebagai penghinaan terhadap pribadi anda dan bereaksi sebagaimana mestinya? 
12. Apakah anda mudah bergaul dan bersahabat dengan orang? 
13. Apakah anda terlalu bergantung pada pujian atau persetujuan orang lain? 
14. Apakah anda merasa tenang di depan atasan-atasan anda atau orang-orang yang tidak anda kenal? 
15. Apakah orang-orang bawahan anda merasa tenang di depan anda? 
16. Apakah anda benar-benar menyukai orang? 
17. Apakah sikap anda bijaksana? 
18. Apakah anda memiliki kemauan yang tegu dan tetap? 
19. Apakah anda suka menaruh dendam atau apakah anda siap memanfaatkan orang yang melukai hati anda? 
20. Apakah anda cukup optimis? 
21. Apakah anda dicekam oleh suatu kerinduan seperti halnya dengan Paulus yang berkata, “Tetapi ini yang kulakukan”? 
22. Apakah anda bersedia memikul tanggungjawab? 


Faktor utama yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen adalah: Integritas. Paulus pernah menasehati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (1 Tim. 4:16). Bila kita memiliki karakter yang indah maka akan timbul wibawa rohani, yang membuat orang akan rela mengikuti kita. Alkitab menuntu persyaratan ketat untuk seorang pemimpin rohani. 

Dalam Keluaran 18:21, disebutkan bahwa orang yagn harus dipilih untuk menjadi pemimpin umat Israel adalah orang yang memiliki: 

1. Integritas Diri. Hubungan diri, dan bagaimana memandang diri. Cakap, yaitu menyangkut keberadaan/ kemampuan/ kematangan individu. 

2. Integritas Rohani. (Hubungan pribadi dengan Allah). Takut akan allah, komitmen kepada Allah. 

3. Integritas sosial. (ntegritas etika/ moral/ sosial dalam hubungan dengan orang lain). Dapat dipercaya. 

4. Integritas Ekonomi. (Hubungan dengan benda/ uang, kebutuhan vs tanggungjawab). Benci pengejaran suap. 

5.Integritas Kerja. (Hubungan dengan pekerjaan yang dipercayakan kepada pemimpin). Memimpin orang 1000, 100, 50, 10. Sikap terhadap kerja dan orang yang dipimpin. 



Dalam 1 Timotius 3:1-13, Paulus memberikan kriteria bagi seorang pemimpin rohani, meliputi klarifikasi: 

1. SOSIAL: tak bercacat, mempunyai nama baik di luar jemaat, orang terhormat. 
2. MORAL: suami dari satu istri, dapat menahan diri, bukan peminum/ penggemar anggur. 
3. MENTAL: Bijaksana, sopan, cakap mengajar. 
4. KEPRIBADIAN: Bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, suka memberi tumpangan, bukan hamba uang/ serakah, jangan bercabang lidah dan suka memfitnah, hati nuraninya murni, dapat dipercaya. 
5. RUMAH TANGGA: Kepada keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 
6. KEDEWASAAN: Bukan orang yang baru bertobat, harus diuji dulu. 


Karena itu seorang pemimpin Kristen, disamping harus sudah lahir baru, ia haruslah memiliki kepribadian yang matang/ dewasa, antara lain: 
1. Jujur
2. Menjaga kesucian
3. Memiliki pendirian rohani yang teguh. 
4. Disiplin. 
5. Keberanian 
6. Kerendahan hati. 
7. Rajin, mau bekerja keras. 
8. Rela berkorban/ menderita 
9. Kesabaran 
10. Memperhatikan. (Peduli terhadap pengikutnya) 
11. Penuh dengan Roh Kudus. 
12. Hikmat
13. Dapat diteladani. 


Kualitas Pemimpin yang harus dimiliki: 
1. Berpandangan luas
2. Penglihatan ke depan (visi) 
3. Cakap / terampil
4. Mampu berkomunikasi dengan baik. 
5. Mampu memuat keputusan 
6. Memiliki rasa humor
7. Bisa marah untuk alasan dan pada waktu yang tepat. 
8. Menjalin persahabatan
9. Kemampuan melaksanakan. Pemimpin harus dapat membuat rencana yang teratur sambil tetap bergantung pada pimpinan oh, dan dengan cakap melaksanakan apa yang telah direncanakan agar mencapai tujuannya. 


Ada 3 tingkat keahlian kerja: 
1. Orang yang bekerja lebih baik dengan orang lain adalah seorang pengikut. 
2. Orang yang membantu orang lain bekerja lebih baik adalah seorang manager. 
3. Orang yang mengembangkan orang lain yang lebih baik untuk bekerja adalah seorang pemimpin. 


Prinsip untuk pengembangan manusia/ memberdayakan orang lain, dengan “TRUST” yaitu: 
1. Time (waktu): Berilah waktu untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik tentang tugas-tugas pekerjaan/ pelayanan para anggota. 
2. Respect (rasa hormat): Hormatilah mereka. 
3. Unconditional Pisitif Regard (Penerimaan tanpa syarat): Tunjukkan penerimaan kepada mereka dengan tulus. 
4. Sensitiviy (kepekaan): Lakukanlah antisipasi terhadap perasaan mereka. 
5. Touch (Sentuhan): Berikan dorongan semangat, berupa jabat tangan atau tepukan di punggung. 

Kunci keberhasilan adalah memahami orang lain. Memahami orang lain menghasilkan keunungan besar. Mengapa orang gagal memahami orang lain? 
1. Ketakutan. Jangan menghina atau menentang apa yang tidak anda pahami. 
2. Sikap egois. Cobalah melihat segala sesuatu dari perspektif orang lain. 
3. Kelalaian menghargai perbedaan temperamen. 
4. Gagal mengakui kesamaan. 

Hal-hal yang dibutuhkan semua orang untuk memahami orang lain: 
1. Semua orang ingin menjadi orang penting. 
2. Tak seorangpun peduli berapa banyak yang anda ketahui hingga ia tahu berapa banyak anda peduli. Anda harus mengasihi orang sebelum mencoba memimpin  mereka. 
3. Setiap orang membuuhkan seseorang. 
4. Setiap orang dapat menjadi orang penting jika seseorang memahami dan mempercayainya. 
5. Setiap orang yang menolong seseorang mempengaruhi banyak orang. 



Memilih untuk memahami orang lain: 
1. Memiliki perspektif orang lain. Pandanglah orang dan situasi dengan cara baru. 
2. Miliki empati pribadi. 
3. Miliki sikap positif terhadap orang lain. 


Berhubungan memampukan orang lain naik ke tingkat yang lebih tinggi. Langkah untuk berhubungan dengan orang lain adalah: 
1. Jangan menggampangkan orang. Hargailah mereka. 
2. Milikilah pola pikir, buatlah perbedaan. Anda mungkin tidak dapat menolong semua orang, tetapi anda pasti dapat menolong seseorang. 
3. Prakarsai gerakan ke arah mereka. Tidak adanya kontak dan komunikasi adalah masalah yang mempengaruhi banyak orang. 
4. Carilah landasan yang sama. Mulailah dengan suatu kesepakatan. 
5. Kenali dan hormatilah kepribadian yang berbeda: Sanguin, melankolis, plegmatik dan kolerik. 
6. Temukan kunci bagi kehidupan orang lain. 
7. Berkomunikasi dari hati. Perlu ketulusan. “Jika anda mau mendapatkan dukungan dari seseorang, pertama, yakinkan dia bahwa anda adalah sahabatnya yang tulus”. 
8. Jalani pengalaman bersama. “Orang merasa kesepian karena mereka membangun tembok, bukan jembatan”. 
9. Bila hubungan terbentuk, majulah terus. 


Fungsi pemimpin: 
1. Menetapkan visi dan misi dengan jelas. 
2. Berhubungan dengan orang lain secara positif. 
3. Mengkomunikasikan tujuan organisasi
4. Merencanakan dan menunjang program.
5. Mengembangkan prosedur pelaksanaan dan penilaian. 
6. Merekrut dan mengembangkan personil. 


Harga Kepemimpinan: 
1. Pengorbanan diri. Seperti Yesus, pemimpin harus rela memikul salib dan menyerahkan nyawa (1 Yoh. 3:16). Kerelaan meninggalkan kesenangan pribadi. 
2. Kesepian. Seperti Musa, seorang pemimpin seringkali harus meninggalkan rekan-rekannya dan berdiri sendiri dengan Allah di puncak gunung. 
3. Kelelahan. Yesus mengalami kelelahan dalam pelayanan-Nya. (Yohanes 4:6)
4. Kritik. Tidak ada pemimpin yang luput dari kritik, dan kerendahan hatinya terlihat sangat jelas di dalam hal bagaimana ia menerima dan memberikan reaksi terhadap kritik tersebut. Dengan sikap positif, kritik  dapat diubah dari kutuk menjadi berkat. 
5. Penolakan. Pemimpin yang mempertahankan standard yang tinggi, kadang-kadang harus mengalami penolakan, seperti yang juga dialami oleh Yesus. Seringkali khalayak ramai tidak mengakui kepemimpinan seseorang sampai ia telah pergi dan kemudian mereka mendirikan tugu peringatan baginya dari batu-batu yang dilemparkan kepadanya semasa ia hidup. 
6. Tekanan dan kebingungan.  Pemimpin yang paling dituntut tanggung jawabnya dalam penyelesaian suatu tugas, terkadang hal itu menimbulkan tekanan dan kebingungan  karena pengikut mengharapkannya bisa mengatasi segala perkara, tetap tenang dan memiliki jalan keluar untuk setiap situasi. 
7. Harga yang harus dibayar oleh orang lain. Seringkali keluarga (istri dan anak-anak) pemimpin harus rela pula membayar harga kepemimpinan, seperti misalnya: kurangnya waktu untuk mereka, terlalu sering disorot, mengalami tekanan bersama, dan sebagainya. 

Tanggungjawab Kepemimpinan: 
1. Melayani. Melayani adalah definisi kepemimpinan yang dipakai oleh Yesus, dan ini memang benar. Seorang pemimpin sejati lebih mengutamakan kesejahteraan orang lain daripada kenikmatan dan martabat diri sendiri. 
2. Mendisiplin. Ini merupakan tanggungjawab berat yang seringkali tidak disukai. Di dalam setiap gereja atau lembaga keagamaan, perlu adanya disiplin yang berdasarkan hidup saleh dan kasih, jika ukuran-ukuran dari Allah ingin dipertahankan, terutama dalam hal kemurnian iman, moral dan sikap Kristn. 
3. Membimbing. Seorang pemimpin rohani harus tahu kemana ia pergi dan seperti seorang gembala, berjalan di depan kawanan dombanya.  “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Korintus 11:1). 
4. Memprakarsai. Memprakarsai sesuatu merupakan satu fungsi yang penting dalam jabatan seorang pemimpin. Ia harus menjadi seorang perintis dan bukan hanya orang yang memelihara. Kebanyakan dari kita lebih suka melakukan sesuatu yang aman, tetapi Rasul paulus tidak demikian. Ia selalu mengambil resiko yang telah diperhitungkannya dengan hati-hati dan banyak berdoa. 
5. Memikul tanggungjawab. 
Memikul tanggungjawab dan melakukannya dengan rela merupakan ciri yang perlu bagi seorang pemimpin. Jika ia belum siap melakukan hal ini, maka ia tidak layak memenuhi syarat untuk memegang jabatan ini. Orang yang mengelakkan keterlibatan yang lebih berat dan sukar, yang sehubungan dengan jabatannya, akan membatasi pengaruhnya. Yosua menunjukkan mutu kepemimpinannya dengan cara menerima tanggung jawab yang berat untuk menggantikan pemimpin besar Musa. Pada waktu Elia diangkat ke surga Elisa  menerima tanggungjawab jabatan nabi yang kosong itu dari tuannya dengan tidak ragu-ragu. Dalam setiap  keadaan faktor yang menentukan adalah kepastian itu, tidak seorang pun ragu-ragu untuk menerima tanggung jawab yang diberikan oleh Allah. 


Bahaya Kepemimpinan
Ada banyak bahayan yang harus diwaspadai oleh seorang pemimpin rohani, antara lain: 
1. Kesombongan. Rasa puas diri dan tinggi hati tidak berkenan kepada Allah (Ams. 16:5). Inilah yang menyebabkan Lucifer menjadi Iblis dan Nebukadnezar berlaku seperti hewan. Dari ribuan bentuk dosa ini, tidak ada satupun yang lebih menjijikkan daripada kesombongan rohani. 
2. Mementingkan diri sendiri. Godaan lain adalah berpikir dan berbicara banyak mengenai diri sendiri, suka membesarkan prestasi dan kepentingan sendiri. Ada ujian untuk mengukur hal ini yaitu dengan melihat sikap kita pada saat kita mendengarkan pujian bagi orang yang setaraf dengan kita. Kalau anda tidak dapat mendengarkan pujian bagi seorang saingan tanpa suatu keinginan untuk menguranginya atau mencoba untuk mementingkan diri sendiri, kita harus datang ke bawah kaki Tuhan dan bertobat. 
3. Iri hati. Orang yang iri bersikap kuatir dan curiga terhadap saingannya. Sebetulnya pemimpin yang mengutamakan kemuliaan Allah akan merasa aman dan tidak perlu kuatir tentang nama baik dan hak-haknya. Tirulah Musa (Bil. 11:28) dan bukan Saul yang iri kepada Daud. 
4. Kompromi. 
Kompromi adalah kelepasan sebagian prinsip demi tercapainya persetujuan. Jika kita setuju untuk menurunkan ukuran kita, maka ini berarti satu langkah mundur. Dan hal ini sering terjadi kalau kita mengadakan kompromi. Yang hampir selalu terjadi dalam kompromi ialah ukuran kita merosot. 
5. Ambisi. Sama seperti semua pemimpin besar, Musa disaring oleh ujian ambisi. Pada waktu Allah akan membinasakan semua bangsa Israel dan membangkitkan generasi baru dari Musa, ia menolak (Kel. 32:10-11). Perhatiannya semata-mata hanya untuk kemuliaan Allah dan kesejahteraan bangsanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk membesarkan diri. Bahkan melalui doa syafaatnya maka penghukuman kepada bangsa yang menyeleweng dapat dicegah. 
6. Kepopuleran. 
Kepopuleran seringkali menjerumus kepada kultus individu. Ketenaran bisa membahayakan. Selalu ada orang-orang yang tidak bijaksana, yang menghormati pemimpin rohani dan penasihat mereka dengan cara yang tidak semestinya, dan cenderung untuk membesarikan yang satu lebih dari pada yang lain. 
7. Kegagalan.  Setiap orang bisa gagal, tetapi cara seorang pemimpin menghadapi kegagalan itu yang penting karena akan berakibat untuk pelayanannya di masa akan datang. Petrus pernah gagal karena menyangkal Yesus, tapi dia bertobat dan dipulihkan. Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada anak-anak-Nya yang telah gagal dan dan kesempatan yang ketiga juga.  
8. Menganggap diri tidak bersalah. Ada pengikut yang menganggap pemimpinnya selalu benar dan tepat. Ini bahaya. Sebetulnya kerelaan untuk mengakui bahwa kita mungkin bersalah dalam menilai dan pendapat orang lain benar, akan memperkuat dan bukannya mengurangi pengaruh. 
9. Merasa sangat diperlukan. 
Bahaya bila pemimpin berpikir bahwa ia tidak dapat digantikan oleh orang lain, dan bahwa demi pekerjaan, mereka tidak dapat melepaskan kedudukan itu. Mereka tetap memegang kekuasaan itu lama setelah pekerjaan itu sepatutnya diserahkan kepada orang-orang yang lebih muda. Dengan umur yang semakin bertambah, kita makin tidak mampu untuk menilai sumbangan kita sendiri secara obyektif. Pemimpin yang baik tidak menyebabkan orang tergantung kepadanya, sebaliknay dia harus melatih/ mengkader orang lain. Ingatlah: Sukses tanpa pengganti sama dengan kegagalan. 


GBU

No comments:

Post a Comment